Jejamo.com, Bandar Lampung – Yungki Pramono bankir jempolan. Jika tidak terkategori demikian, sulit rasanya punya karier panjang di dunia perbankan sampai di-hier khusus sebuah bank asing.
Dunia perbankan bagi Yungki barangkali lebih dari separuh jiwanya. Ia berkata dengan perihal yang menyerempet ribawi ini bertahun-tahun lamanya. Ia mengetahui dengan detail cara mengurus sebuah bank.
Kerja kerasnya di perbankan membawanya memiliki kehidupan yang lumayan bagus. Gaji yang baik dan kehidupan yang berkecukupan.
“Kalau soal gaji, benar tinggi. Kehidupan saya terjamin. Apa yang menjadi kebutuhan keluarga bisa saya penuhi,” ujarnya kepada jejamo.com medio April lalu, tak lama usai ia didapuk menjadi branch manager lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung.
Yungki tipikal pekerja keras. Ia senang berkompetisi. Termasuk meyakinkan calon nasabah agar menabungkan uangnya di bank yang ia kelola.
Saban ada peluang menjaring konsumen, meski kompetitor memberikan sesuatu yang lebih, Yungki tidak mau menyerah. Ia punya kepandaian meyakinkan calon nasabah untuk menggeser pilihan kepada bank yang ia kelola.
“Kalau ada selisih dikit saja dengan bank lain, meski bank yang saya kelola memberikan lebih kecil, saya masih berani meyakinkan. Dan selama ini selalu berhasil. Saya yakinkan mereka bahwa bank kami lebih kompetitif,” ujarnya.
Namun, lambat laun batin Yungki berkata lain. Dunia perbankan yang notabene sarat dengan riba membuatnya galau. Yungki mulai banyak merenung tentang aktivitasnya selama ini.
Ia pun mulai memantap-mantapkan diri untuk mencari jalan penghidupan lain. Tekadnya makin lama makin bulat untuk meninggalkan sama sekali dunia perbankan.
“Saya kemudian mulai menelaah soal riba ini. Dulu sih sudah tahu sedikit. Makin kesini saya makin banyak belajar. Putusan saya bulat, cepat atau lambat, saya mesti berhenti,” kata dia.
Kajian soal riba ini sendiri, ujar Yungki, bukan hanya dilakukan di banyak acara pengajian. Uniknya, ada bank, kata dia, yang juga memberikan kajian kepada karyawannya bahwa bekerja di perbankan itu tidak ribawi.
“Sampai begitu kami di perbankan menekankan soal bank ini enggak riba. Tapi saya sudah bulat tekad, saya mau berhenti,” kata dia.
Adalah Ustaz Suratno di Pondok Pesantren Al Firdaus di bilangan Way Halim, Bandar Lampung, yang kemudian intens memberikan masukan. Yungki acap belajar agama di tempat itu.
Suratno mengatakan, ia meyakinkan Yungki bahwa bekerja di mana saja asal halal dan berkah adalah baik. Kata Ustaz Suratno, ia memberikan masukan bahwa rezeki sudah dijamin oleh Allah swt.
Sewaktu Yungki mengatakan, ada tawaran untuk memimpin sebuah lembaga kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung, Ustaz Suratno memberikan dukungan penuh.
“Saya sampaikan ke beliau, kalau itu sudah mantap, ambil. Soal nanti dari sana ada gaji, silakan dinikmati. Tapi yang penting adalah niat utama untuk umat,” kata Ustaz Suratno.
April lalu, Yungki resmi menjadi kepala Cabang ACT Lampung. Begitu didapuk menjadi pemimpin yang baru, tugas sudah menunggu Yungki.
Ustaz Suratno yakin, di lembaga barunya, Yungki cepat adaptasi. Yang tak kalah penting, memimpin personel-personel cekatan di ACT Lampung.
“Saya yakin dia bisa. Soal leadership, ia mumpuni. Pernah pegang jabatan penting di perbankan jadi modal utama dia. Saya yakin dia bisa dan insya Allah sukses,” ujar Ustaz Suratno.
Yungki mengakui, memimpin ACT Lampung ini sebuah tantangan yang menarik. Pasalnya, lembaga ini benar-benar mencurahkan waktu dan tenaga untuk umat. Apalagi memasuki Ramadan, aktivitas ACT Lampung menggunung.
“Saya salut sama kawan-kawan di sini. Mereka begitu totalitas dalam bekerja. Yang bikin salut lagi, teman-teman di sini punya visi entrepreunership yang kuat. Bekerja di lembaga kemanusiaan ini jika tak ada passion di bidang kerelawanan dan punya prinsip entrepreunership tentu sulit. Tapi teman-teman ini luar biasa. Saya beruntung bisa kerja bareng mereka,” ujar Yungki.
Marketing Komunikasi ACT Lampung Hermawan Wahyu Saputra mengatakan, Yungki adalah pribadi yang lembut dan rapi secara manajerial.
Kata Hermawan, pengalaman di perbankan membuat Yungki tipikal pemimpin yang berorientasi pada hasil dengan mempertimbangkan proses yang mesti dijalani sesuai dengan prosedur.
Hermawan bilang, hijrahnya Yungki dari lembaga perbankan ke lembaga kemanusiaan adalah wujud keistikamahan Kacab ACT Lampung itu.
Selama Ramadan, kata Hermawan, ACT Lampung nyaris 24 jam bekerja nonstop dalam program Roadshow Ramadan dengan Syekh Yahya Alnajjar.
“Pak Yungki pernah nyaris tidak tidur karena padat sekali agenda dan mesti menemani Syekh Yahya. Dia rela meninggalkan gaji besar di bank untuk kemudian aktif di dunia filantropi,” ujar Hermawan yang juga seorang Bloger aktif itu.
Hermawan menuturkan, kelembutan hati Yungki dan pola komunikasi yang ia bangun dengan tim ACT membuat ia dan kawan-kawan nyaman bekerja.
Dan Yungki menyadari sekali kekuatan tim di ACT Lampung.
“Saya ini kan baru bergabung. Kawan-kawan di ACT Lampung ini sudah lebih dahulu. Dan saya bisa menilai bahwa mereka sudah bisa berjalan karena program dan target sudah diukur dengan jelas. Saya senang bisa bekerja sama dengan kawan-kawan di ACT Lampung. Kami saling bersinergi,” ujar Yungki.
Dalam catatan redaksi jejamo.com, selama Ramadan lalu, ACT Lampung terbilang paling aktif berkegiatan. Nyaris saban hari ada saja program yang dilaksanakan.
Program Kapal Kemanusiaan ACT Lampung bahkan bekerja sama dengan Pangkalan TNI Angkatan Laut membagikan ratusan paket Lebaran ke warga tak mampu di Pulau Legundi dan Pulau Tegal. Di dua pulau itu, cukup banyak warga tak mampu yang dibantu Kapal Kemanusiaan ACT Lampung.
Catatan menarik lainnya, bintang film “Ketika Mas Gagah Pergi” dan “Duka Sedalam Cinta” Masaji Wijayanto ikut aktif dalam sebulan terakhir. Masaji yang main dalam dua film besutan penulis kelamaan Indonesia Helvy Tiana Rosa itu hadir pada banyak kesempatan program ACT Lampung.
Masaji hadir pada roadshow Syekh Yahya Alnajjar di kampus IBI Darmajaya dan buka puasa ACT Lampung di lembaga ini di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Tanjungraya, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung.
“Alhamdulillah saya cukup sering hadir pada program kemanusiaan ACT Lampung yang dipimpin Pak Yungki Pramono. Saya senang bisa ikut berkontribusi,” ujar Masaji kepada jejamo.com saat buka puasa Ramadan lalu.
Ustaz Suratno menambahkan, profil seperti Yungki ini dibutuhkan umat. Jika ada banyak orang seperti Yungki, dunia filantropi di Lampung akan makin semarak.
“Kami mendoakan agar ia diberikan keberkahan oleh Allah swt,” pungkas Ustaz Suratno.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com