Rabu, Oktober 30, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Esai Juwendra Asdiansyah: Usman

Usman. | Dokumentasi

There are always some lunatics about. It would be a dull world without them.
— Sir Arthur Conan Doyle (1859-1930)

WARGA Bandar Lampung yang lama tinggal di kawasan Way Halim dan sekitarnya, atau setidaknya sering lewat- berkunjung ke Way Halim, umumnya tak asing dengan sosok Usman.

Entah siapa nama lengkapnya. Yang pasti jika menyebut Usman, maka orang Way Halim seolah hanya merujuk kepada satu sosok ini.

Pria yang usianya sekitar 55-60 tahun ini dikenal sebagai orang gila. Tapi, dia bukan orang gila biasa, setidaknya tak banyak orang gila seterkenal dia.

Saya bertemu dan “mengenal” Usman sejak keluarga kami baru saja hijrah ke Bandar Lampung dari Jakarta pada 1983. Saat itu, Usman sudah gila. Mungkin dia mulai gila sejak akhir 1970-an atau awal 1980-an.

Dia biasa joget-joget di perempatan lampu merah jalur dua Way Halim (Jalan Sultan Agung). Dulu dia berjoget sambil menyanyikan sebait syair lagu “Apanya Dong”, lagu yang dipopulerkan lady rocker Euis Darliah pada 1980-an. Suaranya serak, cenderung tidak jelas.

Penampilan Usman khas: bercelana pendek, t-shirt/kemeja lengan pendek, dan selalu ada potongan koyo di keningnya. Sesekali ia memakai baju seragam hansip berwarna hijau, namun tetap dengan celana pendek.

Saat kawasan Way Halim belum seramai-sepadat sekarang, Usman muda biasa berkeliling keluar masuk gang di Perumnas way Halim, komplek keluarga saya tinggal.

Jika dia lewat depan rumah, Ibu saya sering memanggilnya, memberinya minum dan makan. Usman minum makan di teras rumah, lalu pergi.

Meski gila, dia selalu memakai pakaian lengkap, dan tidak pernah mengganggu orang. Ini yang membuat kebanyakan orang relatif tak bermasalah dengan keberadaannya.

Beberapa tetangga kadang meminta bantuannya mencuci motor, atau sekadar mencabuti rumput. Imbalannya bisa berupa uang sekadarnya, makan siang, atau cukup satu-dua batang rokok.

Sejak dulu banyak beredar cerita tentang Usman, termasuk musabab dia menjadi gila. Salah satu versi hikayat menyebut dia anak orang kaya di Way Halim. Rumah orangtuanya katanya di sekitar Gang Pertama Way Halim. Konon karena broken home, Usman muda stres, dan kemudian gila.

Saya tidak tahu kebenaran cerita dari mulut ke mulut ini. Dulu saya belum menjadi wartawan sehingga tak sempat memverifikasi dan memberitakannya.

Keluarga kami pindah dari Perumnas Way Halim pada 1993 dan sejak itu saya jarang melihat Usman. Belakangan saya dengar Usman semakin susah bicara, suaranya tambah tak jelas, seperti gagu, dan lebih banyak berkomunikasi dengan isyarat.

Kabar baiknya, pria berjanggut ini lebih sering berganti baju. Koleksi seragamnya bukan lagi sebatas baju hansip. Sudah bertambah baju ala tentara, polisi, satpam, atau Pol PP.

Beberapa kali Usman dikabarkan meninggal. Tapi selalu saja tak terbukti benar. Lihatlah, benar-benar macam artis atau orang terkenal dia, ihwal kematiannya pun sering muncul sebagai hoaks.

Sekitar dua-tiga tahun lalu, saya tugaskan seorang reporter mencari dan membuat berita soal sang legenda. Dua kali ke TKP, si reporter selalu pulang dengan tangan hampa. Tidak ketemu, dalihnya. Entah, di mana dia mencari.

Malam ini, di grup-grup WhatsApp, beredar kabar duka: Usman meninggal dunia. Saya tanya seorang kawan yang ikut menyebarkan info lelayu ini, benar tidak Usman mangkat, jangan-jangan hoaks lagi.

Kawan ini lalu mengirim foto sesosok jasad tanpa nyawa yang terbujur dengan ditutupi kain batik. Rupanya benar, Usman sudah tiada. Innalillahi wainnailaihi rojiun.

Selamat jalan Usman. Kau orang baik. Sangat banyak orang yang “menyukaimu”, pernah kau bantu, atau setidaknya terhibur oleh jogetmu, oleh nyanyianmu yang tak jelas itu. Insya Allah engkau husnul khatimah.

Darimu kami belajar satu hal berharga. Bahwa, jika menjalani hidup sebagai orang “baik”, siapa pun akan beroleh banyak cinta, bahkan menjadi legenda, sekalipun dia seorang gila.

You have to go on and be crazy. Craziness is like heaven.
— Jimi Hendrix (1942-1970). []

(Juwendra Asdiansyah adalah Pemimpin Redaksi duajurai.co dan penulis buku ” Sekincau”)

Populer Minggu Ini