Jejamo.com, Bandar Lampung – Mirhasan, salah satu tim pemenangan paslon presiden mahasiswa menjelaskan, aksi ratusan mahasiswa meminta pihak rektorat untuk melakukan penghitungan ulang Pemilihan Raya (Pemira) UIN Raden Intan Lampung.
Menurut Mirhasan, demokrasi di lingkungan kampus dicederai oleh hal-hal dugaan penggelembungan suara dalam pemilihan Presiden Mahasiswa (Persma).
“Kalau memang tema judulnya jujur dan adil, kenapa ini tidak sesuai dengan temanya,” kata dia di depan gedung Kantor Rektorat UIN Raden Intan Lampung, Rabu, (28/11).
Dengan adanya kejadian ini, ia meminta kepada pihak Rektorat hasil Pemira untuk melakukan pemilihan ulang kembali. Namun, ia bersama ratusan mahasiswa UIN lainnya menyayangkan sikap rektorat yang belum bisa ditemui.
“Sejauh ini Rektorat belum dapat ditemui. Rektorat tidak mau menemui kami, maka sebagian dari kami naik ke atas. Kami ini mahasiswa bukan LSM,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dalam aksi ini, mahasiswa membutuhkan informasi terbuka. Tapi, hari ini justru mahasiswa mengalami tidak keterbukaan informasi.
“Calon presiden mahasiswa ada dua kandidat. Jadi secara otomatis pemilihan melingkupi pemilihan gubernur kampus dan lain-lainnya, ” tandasnya. [Andi Apriyadi]