Jejamo.com, Bandar Lampung – Beberapa minggu sering tidak pulang, pihak keluarga mulai mencurigai gerak-gerik RS, terduga paham radikalisme yang ditangkap tim Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri kemarin sore di Gang Suhada, Penengahan Raya.
“Saya itu sempat curiga dengan perilaku dia. Bahkan saya sudah pernah bilang jangan sampai melanggar hukum kerena kita ada undang-undang. Tapi dia malah bilang jangan takut sama undang-undang,” ujar ibu terduga RS, Minggu, (10/3/2019).
Ia pun mengaku sempat menceritakan tentang perubahan perilaku anaknya yang mulai berubah kepada suaminya.
“Saya juga sudah bilang sama suami kalau anak kami ini bakal diciduk. Kemudian saya cerita sama Bhabinkamtibmas setempat perubahan anak saya ini,” ungkapnya.
Lanjut dia, sebelum dilakukan penangkapan terhadap putranya tersebut, ia sempat melihat beberapa orang yang diduga polisi yang ingin menangkap anaknya.
“Selama 4 hari ini Buser sudah sering keliling. Sebelumnya juga ada dua orang pria mengaku sales barang elektronik tapi saya lihat ada lambang bendera merah putih di bajunya. Jadi saya duga mereka anggota Densus 88, tapi saya biasa saja, kemudian mereka berdua pergi,” paparnya.
Selang beberapa lama, kata dia, beberapa pria yang diduga anggota Densus 88 menyergap putranya yang sedang tiduran di dalam kamar.
“Waktu disergap polisi itu langsung menanyakan di mana bomnya disimpan, saya kaget lalu saya pingsan. Bagaimana saya nggak kaget, waktu dia pulang ke rumah, saya periksa dia nggak bawa apa-apa, cuma bawa baju sama roti saja,” ungkapnya.
Setelah penyergapan, anggota yang ia duga tim Densus 88 langsung memeriksa sejumlah tempat yang di situ.
“Nggak lama benda yang diduga bom ditemukan di atas atap rumah Pak Lubis tenggga samping rumah,” pungkasnya. [Andi Apriyadi]