Jejamo.com, Bandar Lampung – Kirun (35), pedagang kue pancong di Pasar Way Halim, terus menabung selama bulan Ramadan. Rencananya ia akan menggunakan hasil tabungannya itu untuk membeli busana muslim bagi istri dan kedua anaknya agar bisa mengenakan seragam yang sama pada saat Idul Fitri nanti.
Saat ditemui jejamo.com saat tengah berjualan menjelang waktu berbuka puasa, Kirun mengakui sudah sejak 7 tahun terakhir berjualan kue pancong.
Sebelumnya ia menggeluti profesi sebagai pekerja bangunan. Sehari-harinya Kirun berdagang berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya.
Pelanggan Kirun memang didominasi anak sekolah. Namun jika bulan Ramadan ia lebih memilih mangkal di Pasar Way Halim.
Alasannya sederhana saja, ia mengejar keuntungan yang berlipat dari hari biasa sebab pembeli ramai berdatangan jika menjelang waktu berbuka.
“Ya biasanya di SMP 19, kadang di Al-Azhar, Gajah Mada sama SMA 5, tapi kalau bulan puasa ya saya di sini soalnya lebih rame, buat beli baju lebaran biar seragam sama anak bini,” ujar Kirun kepada jejamo.com, Senin, 21/5/2018.
Pada satu minggu awal di bulan Ramadan ini Kirun mengatakan mampu meraih pendapatan hingga Rp400 ribu untuk setiap harinya.
Kue pancong yang ditawarkan Kirun terdiri dari tiga pilihan rasa: cokelat, pandan, dan keju. Untuk setiap potong kue pancong yang ia buat pembeli cukup merogoh kocek Rp800 saja.
Kue pancong adalah salah satu kue yang populer sebagai kudapan khas Betawi termasuk saat suasana Ramadan seperti sekarang.
Kue ini bentuknya hampir sama dengan kue pukis karena membuatnya menggunakan cetakan yang sama, namun citarasa dan teksturnya berbeda.
Dalam adonan kue ini tidak memakai gula. Kue pancong menggunakan bahan bahan seperti tepung beras, kelapa parut, garam dan santan sehingga rasanya menjadi enak dan gurih.
Pemakaian gula hanya digunakan untuk topping saja atau taburan di atasnya. Kue ini masih familiar sampai saat ini dan kerap dijadikan camilan saat berbuka puasa.(*)
Laporan Esha Enanda, Wartawan Jejamo.com