Alhamdulillah kita memasuki Ramadan. Ini adalah puasa yang kesekian dalam hidup kita. Entah sejak kapan kita memulai puasa dengan penuh sejak kita kanak-kanak memulainya dengan belajar puasa setengah hari atau banyak orang mengatakan puasa beduk.
Ramadan yang mulia memang menjadi sesuatu yang khas di Tanah Air, tak terkecuali kita di Lampung. Segenap umat muslim bergembira menyambut datangnya Ramadan. Ada suasana religiositas yang sedemikian rupa kalaRamadan datang. Saya merasakan itu. Saya berharap pembaca juga demikian.
Satu yang pasti, sebagai muslim yang baik, kita memang sepatutnya gembira tatkala bulan puasa ini datang. Kita akan segera melaksanakan puasa sebulan penuh. Mengisi malam dengan salat tarawih. Menjeda waktu dengan membaca Alquran, melafalkan istigfar, dan menghiasi amalan dengan sedekah.
Ramadan akan mempunyai pengaruh jika kita menyikapinya dengan baik. Ramadan akan istimewa jika kita mampu menempatkannya dengan bijaksana. Sebabnya, kita tidak mengetahui, apakah Ramadan tahun depan kita akan berjumpa dengan bulan penuh kemuliaan ini lagi atau tidak.
Tidak ada yang bisa menjamin. Khatimah umur kita hanya ada pada Allah SWT.
Perihal bahwa kita masih bekerja selama puasa, itu adalah keniscayaan. Ramadan tidak lantas menjadikan kita malas dalam beraktivitas. Benar bahwa di beberapa instansi pemerintah, sekolah, dan kedinasan lain, mungkin juga swasta, ada perbedaan dalam jam kerja.
Saat Ramadan, kita memundurkan jam bekerja kita menjadi lebih siang dan mengakhirinya lebih cepat. Namun, itu hanya pada sikap kita memaknai Ramadan.
Puasa tentu tidak menghalangi kita dalam bekerja, dalam beraktivitas, dalam melayani masyarakat. Pun demikian dengan kami yang puasa tahun ini istimewa karena masih dalam amal kerja kampanye menjelang Pemilihan Gubernur tanggal 27 Juni 2018 mendatang.
Maka itu, kegembiraan menyambut Ramadan sama dan sebangun dengan semangat kita mengisi hari-hari saat puasa. Produktivitas tidak boleh melemah, semangat jangan sampai melempem, dan kontinuitas amal selalu dijaga.
Gembira menyambut Ramadan semestinya menjadi bahan bakar utama kita selama puasa. Tak hanya pada awal datangnya Syahrul Quran ini. Tak hanya juga pada akhir tatkala puasa akan meninggalkan kita dengan segenap kegembiraan baru menyambut Lebaran atau Idul Fitri.
Kegembiraan menyambut puasa senantiasa dijaga setiap hari. Setiap dini hari kita makan sahur, kegembiraan mesti mulai muncul. Sebab, itulah pangkal tolak kita melaksanakan puasa penuh di hari itu. Demikian pula hari-hari setelahnya.
Pendeknya, kegembiraan ini selalu ada pada hari-hari puasa. Gembira saat sahur, gembira saat salat, gembira saat membaca Alquran, gembira saat menyambut azan magrib, dan gembira tatkala tarawih.
Penulis kutip dari sebuah sumber, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أتاكم رمضان شهر مبارك. فرض الله عز وجل عليكم صيامه، تفتح فيه أبواب
السماء، وتغلق فيه أبواب الجحيم، وتغلّ فيه مردة الشياطين، لله فيه ليلة
خير من ألف شهر، من حرم خيرها فقد حرم
Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu.
Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1.000 bulan. Siapa yangterhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan. (HR Ahmad, Nasai 2106 dan disahihkan Syuaib al-Arnauth).
Mari kita bergembira menyambut datangnya Ramadan ini.(*)