Jejamo.com, Gunungsugih – Ratusan tokoh adat Tan Malaka, yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat, melakukan napak tilas mengembalikan abu jasad sang tokoh revolusioner Indonesia. Rombongan yang berjumlah sekitar 150 orang ini disambut Bupati Lampung Tengah Mustafa di rumah dinas, Minggu, 18/2/2017 dengan mengunakan konsep adat Lampung. Para tokoh yang biasa di sebut Mamak dan Datuak Minang itu hadir dengan balutan pakaian data setempat.
Datuak Verizal Ridwan, salah satu tokoh adat Tan Malaka, menerangkan, kedatangannya ke Kabupaten Lampung Tengah merupakan bagian dari ritual perjalanan adat dalam rangka mengembalikan jasad Tan Malaka yang keberadaannya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Sebagaimana diketahui, Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuak Tan Malaka adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia. Dia juga pejuang yang banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tan Malaka tewas secara misterius pada Februari 1949 dan dalam beberapa dekade belum diketahui secara pasti keberadaan jasadnya. Namun Harry A. Poeze, seorang sejarawan Belanda menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati di Kediri.
“Tan Malaka merupakan putea terbaik Minangkabau yang banyak berjasa di 19 negara, termasuk Indonesia yang akhirnya berani memplokamirkan kemerdekaan berkat pemikiran-pemikirannya. Kami ingin jasad Tan Malaka dikembalikan di tanah kami. Ritual kami saat ini adalah dalam rangka melakukan penjemputan jasad Tan Malaka untuk dikembalikan di tanah kelahirannya di Minangkabau tepatnya di Suliki, Sumatera Barat,” ujarnya.
Keterkaitan Tan Malaka dengan Kabupaten Lampung Tengah karena kabupaten ini merupakan salah satu wilayah di Lampung yang sempat menjadi persinggahan Tan Malaka selama melakukan perjalanan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dipilihnya Lampung Tengah juga tak terlepas dari sosok pemimpinnya, Bupati Mustafa, yang memiliki kepedulian begitu besar terhadap kebudayaan, adat istiadat dan sejarah. Pemikiran dan ideologi Bupati Mustafa dinilai sejalan dengan perjuangan para tokoh adat Tan Malaka.
“Apresiasi beliau terhadap pejuang dan pahlawan sangat tinggi. Kami merasa memiliki ideologi yang sama dengan beliau, bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah. Kita harus berterima kasih dan menghormati pejuang-pejuang kita yang telah berjasa. Di sini kami juga disambut sangat baik oleh beliau. Ini bukti tingginya apresiasi beliau kepada sosok Tan Malaka,” jelas Datuak Verizal yang merupakan Wakil Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Bupati Mustafa, dalam sambutannya, mengaku sangat terapresiasi atas kunjungan para tokoh adat Tan Malaka di Kabupaten Lampung Tengah. Kehadiran mereka diharapkan menjadi ikatan persaudaraan yang berdampak pada semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam perjuangan bangsa Indonesia, Mustafa mengajak masyarakat untuk bisa meneladani sosok Tan Malaka. Pemikiran-pemikirannya, ideologi yang dianut dan semangatnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat.
“Beliau ada tokoh besar, kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan beliau dalam membangun bangsa ini. Kita juga harus bisa meneladani semangat Tan Malaka dalam membela dan memperjuangkan hak-hak rakyat,” ujar Bupati.
Pada kesempatan itu, Mustafa juga memberikan gelar kehormatan kepada empat tokoh adat Tan Malaka yakni Datuak Verizal Ridwan dengan gelar Suttan Purnama Agung, Datuak Tanbaro dengan gelar Rajo Tihang Datuak Tambirajo dengan gelar Suttan Mangkubumi dan Suttan Keselarasan Setangkai dengan gelar Suttan Penyeimbang Adat.
Dengan pemberian gelar adat, Mustafa berharap akan terjalin persaudaraan antara adat Lampung dan Minangkabau.
“Pemberian gelar adat menjadi tanda bahwa kita adalah satu keluarga. Saya harap persaudaraan ini akan terus ditingkatkan dan berkesinambungan demi kemajuan bangsa ini,” pungkas Bupati Ronda ini.(*)
Laporan Raeza Handani, Wartawan Jejamo.com