
Tukang becak di Bandar Lampung. | Timotius Kevin
Jejamo.com, Bandar Lampung – Dulu becak merupakan transportasi andalan masyarakat untuk berpergian dan menjadi ciri khas transportasi tradisional Indonesia.Namun kini zaman telah berubah, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan transportasi yang lebih praktis yaitu ojek online.
Ojek online merupakan transportasi berbasis aplikasi yang mulai digemari masyarakat sejak awal kehadirannya. Ini berimbas pada nasib penarik becak.
Salah satunya Sagimin (70), seorang penarik becak yang sering mangkal di kawasan Ramayana.
Menurutnya, kehadiran ojek online sangat memengaruhi pendapatannya.
“Biasanya dapat Rp50 ribu sekarang Rp25 ribu, sehari saya narik 2-3 kali dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang setelah itu pulang,” ujar laki-laki yang sudah menarik becak sejak 40 tahun lalu itu.
“Saya tidak ada pendapatan lain selain jadi tukang becak,” ungkapnya lagi saat ditemui di pangkalan, Senin, 28/1/2019.
Pengalaman serupa juga dirasakan penarik becak lainnya. Penarik becak kawasan Pasar Gudang Lelang, Jamaludin (51) juga merasakan hal yang sama.
“Pendapatan dulu bedanya hampir 70%, sekarang saya dapat Rp80 ribu, dulu bisa lebih dari Rp100 ribu, saya dapat penumpang sehari 5-6 orang,” kata Jamaludin.
Menurunnya pendapatan itu membuatnya memutar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Untuk menambah pendapatan saya biasanya mengumpulkan sampah, lumayan bisa sampai Rp20 ribu,” tambah Jamaludin.
Karena semakin terlupakannya keberadaan becak, beberapa penarik becak mencoba berinovasi dengan menyambung becak dan motor yang tentu menambah kesulitan becak gowes untuk mendapatkan penumpang.
Namun di tengah-tengah persaingan mereka mengaku akan tetap menjadi penarik becak dan selalu bersyukur karena masih ada yang membutuhkan becak. [Timotius Kevin]