Jakarta, Jejamo.com – Paus Fransiskus meminta maaf atas skandal di Vatikan dan Roma pada Rabu (14/10), merujuk pada dua kasus pendeta sesama jenis yang terungkap pada pertemuan besar keuskupan bulan ini.
“Hari ini, dalam nama Gereja, saya meminta pengampunan atas skandal yang terjadi baru-baru ini, baik di Roma maupun Vatikan,” ujar Fransiskus pada di alun-alun St. Peter, dilansir CNN Indonesia dari Reuters, pada Kamis, 15/10/2015.
“Saya memohon pengampunan kalian,” ujar sang Paus, disambut tepuk tangan ribuan orang. Paus kemudian membacakan pidatonya dan tidak menguraikan perihal itu lagi.
Ditanya tentang komentar tersebut, juru bicara Vatikan, Bapa Federico Lombardi, tidak dapat menyebut skandal apa yang dimaksud Paus. Ia hanya mengatakan bahwa Paus ingin menjangkau mereka yang “terganggu atau tersakiti” saat membaca skandal yang dilakukan oleh “Gereja atau orang-orang Gereja”.
Ada dua skandal yang melibatkan Vatikan dan gereja di Roma dalam dua pekan terakhir.
Pada 3 Oktober, seorang pejabat gereja asal Polandia yang bekerja di kantor doktrinal Vatikan sejak 2003 membuat keterangan pers bahwa dirinya adalah seorang homoseksual dan telah tinggal seatap bersama pasangan prianya selama bertahun-tahun.
Krzystof Charamsa, sang teolog, kemudian diberhentikan oleh Vatikan, sekaligus beberapa universitas kepausan di Roma dari jabatannya sebagai dosen.
Seorang juru bicara Vatikan menyebut pernyataan Charamsa di malam pertemuan keuskupan seluruh dunia itu “sesat dan tak bertanggung jawab”. Ia menuding Charamsa berusaha menggunakan “tekanan media yang kurang pantas” terhadap perdebatan uskup seputar isu-isu keluarga, termasuk posisinya terhadap kaum penyuka sesama jenis.
Usai dipecat, Charamsa mengungkapkan kritiknya terhadap aturan Gereja pada pendeta-pendeta bujang kepada media Spanyol dan Italia.
Paus Fransiskus nampaknya juga menyinggung skandal yang diekspos media Italia pekan lalu, mengenai urutan imam yang membawahi paroki di lingkungan kaya di Roma.
Para jemaat di paroki Santa Teresa d’Avila sempat menulis ke pejabat gereja lokal. Mereka menuduh seorang pastor di sana telah melakukan pertemuan dengan “orang-orang dewasa yang rentan”. Sebuah harian pun menulis pertemuan itu terjadi di taman yang sering dikunjungi pelacur pria.
Menurut surat yang diterbitkan di media tersebut, para jemaat mengatakan bahwa mereka memiliki bukti perbuatan haram sang pastor dan geram karena pastor itu justru dipindahkan ke daerah lain ketimbang dihukum.(*)