
Pasar Rabu di Kampungbaru Unila. | Jenny Wulan Suryani
Jejamo.com, Bandar Lampung – Keberadaan pasar di kampung mahasiswa rasanya benar-benar dibutuhkan. Apalagi bagi mahasiswa perantau, jauh dari orangtua, dan keterbatasan kendaraan. Hal ini menjadikan pasar sore sesuatu yang dinanti-nanti di lapangan dekat hunian mahasiswa Universitas Lampung dan warga sekitar.
Pasar Rabu adalah sebutan pasar sore di JAlan Bumi Manti 1 Kecamatan Labuhanratu, Kampungbaru, Bandar Lampung. Pasar Rabu ini merupakan pasar yang hanya dibuka di hari Rabu sore, mulai pukul 15.00 WIB-18.00 WIB.
Pasar Rabu tersebut sudah ada lebih dari dua tahun lalu.
Wanti, pedagang sayuran dari Desa Sabahbalau Kecamatan Tanjungbintang, Lampung Selatan, mengatakan, dirinya sangat terbantu dari adanya pasar tersebut. Dia mampu menjual dengan keuntungan hingga ratusan ribu dalam waktu tiga jam.
“Saya jualan di sini dapat untung Rp100 ribu kalau sedang sepi seperti saat ini libur kuliah. Tapi kadang pas mahasiswa sudah mulai aktif lagi bisa sampai Rp500 ribu-Rp700 ribu di pasar sore ini,” ungkapnya kepada jejamo.com beberapa hari yang lalu.
Hal serupa juga diungkapkan Rudi, dirinya bisa menjual sayuran dengan untung sampai ratusan ribu.
Pasar Rabu tersebut diisi dengan dua ratusan pedagang mulai dari, sayur mayur, buah-buahan, keripik, kelontongan, jajanan, sayur matang, sendal, sepatu, hingga pakaian dan jilbab.
Pedagangnya pun berasal dari berbagai daerah di seluruh Bandar Lampung.
“Di sini pedagangnya dari mana-mana, Tanjungbintang, Lampung Selatan, Pringsewu, seluruh Bandar Lampung, ada yang paling jauh dari Metro,” kata Roji, pedagang dari Fajarbaru, yang sudah setahun berjualan di Pasar Rabu.
Untuk sistemnya para pedagang di Pasar Rabu ini memiliki jadwal, yaitu ketika pagi mereka memiliki lapak di pasarnya masing-masing untuk berjualan dan ketika sore datang para pedagang mulai berdagang sesuai dengan jadwal yang ada.
“Kalau saya Senin di Gunungsulah, Selasa di Perumahan Nusantara dekat SMKN 5, Rabu di sini, Kamis di Perumahan Rubi, Jumat Pematang Wangi, Sabtu Campangraya, dan Minggu di depan Polsek Sukarame,”ujar Wanti.
Untuk suka dukanya banyak pedangan datang dengan motor, ketika hujan siap dengan terpal, dan payung besar, banyak kena banjir.
“Awalnya tidak biasa, lama lama biasa. Kalau hujan ya langsung sepi, kami berteduh aja bareng-bareng, hujan bareng-bareng, ya kadang lucu juga, kalo senengnya karena di lapangan,” ungkapnya.
Pembeli di Pasar Rabu adalah warga sekitar Kampungbaru, para mahasiswa bahkan dosen. Saat libur panjang perkuliahan, pedagang pun juga ikut sepi.
“Banyak rugi libur sepi, sepi karena libur
mahasiswa. Emak-emak yang jual sayur matang dan ibu kos otomatis libur juga, belanja jadi direm karena ini kan daerahnya banyak mahasiswa” ujar Rudi, seorang pedagang di sana.
Pedagang di Pasar Rabu juga memiliki sistem pembayaran untuk lokasi lapak masing-masing. Setiap pedagang dikenai biaya bulanan Rp15 ribu diangsur selama 4 kali dan diberikan kepada Korlap pasar sore.
Dan ada tambahan biaya lainnya seperti Rp3.000 untuk uang sampah dan pengurus lain.
Adanya pasar tersebut sangat memudahkan bagi warga Kampungbaru dan mahasiswa dalam berbelanja keperluan.
“Di sini lengkap, banyak yang dibutuhin ada di sini,” ungkap Evi, seorang pembeli.
“Untuk anak kosan cukup membantu, harganya terjangkau. Misal sayuran, karena kalau beli sayur matang aja bosen, sayur Rp5.000 dapat tiga ikat,” ujar Nana, mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. [Jenny Wulan Suryani]
353 kali dilihat, 2 kali dilihat hari ini