Jejamo.com, Kota Metro – Pemerintah Kota (Pemkot) Metro menerapkan aturan pembatasan bagi masyarakat yang hendak masuk kantor wali kota hingga empat lapis pengamanan. Muldai dari luar pintu gerbang, pos jaga, lorong pintu masuk ruang pemkot, dan pengamanan di ruang protokol.
Selain pengamanan berlapis, tamu yang datang juga dilarang membawa handphone saat masuk ruangan Wali Kota Metro.
Hal itu dilakukan dengan alasan padatnya jadwal Wali Kota Metro yang sering kedatangan tamu.
” Ini sudah sesuai dengan prosedur tetap alias rangkaian instruksi tertulis yang telah dibakukan dan sudah melalui proses rapat, di mana terlalu banyak tamu yang menghadap wali kota,” ujar Kasat Pol PP Kota Metro Imron saat dikonfirmasi media, Kamis lalu, 4/3/2021.
Pengamanan yang begitu ketat sontak ramai diperbincangkan serta menjadi topik pemberitaan di media cetak maupun online.
Mantan Wali Kota Metro Lukman Hakim berpendapat bahwa pengamanan berlapis terlalu berlebihan alias lebay. Apalagi hal tersebut tidak sesuai dengan jargon yang disampaikan Wali Kota Metro Wahdi Sirajuddin saat berkampanye yaitu Mendengar dan Bekerja.
“Saya nilai itu berlebihan dan lebay. Kalau memang Pemkot Metro dijaga seperti itu, tidak sesuai dengan jargon yang selama ini disuarakan, Mendengar dan Berkerja. Mestinya tidak ada batasan masyarakat menyuarakan aspirasi dan keluhan mereka. Bagaimana mau kerja kalau penjagaan seperti itu, yang didengar suara rakyat atau suara yang selalu ada di belakangnya? Atau Polisi Pamong Praja yang berlebihan ingin tampil?” kata Lukman Hakim saat dikonfirmasi Jejamo.com, Minggu, 7/3/2021.
Mantan Wali Kota Metro dua periode tersebut menilai kondisi tersebut justru akan membahayakan citra baik Wali kota Metro Wahdi Sirajuddin.
“Kalau penerapan seperti itu, berarti terlihat pemerintahan sekarang tidak transparan dan akan berbahaya nantinya, seakan tertutup. Ini kan bukan zaman perang, jadi tidak usah lebay seperti itu. Saya lima tahun menjabat menjadi wakil dan 10 tahun menjabat Wali Kota Metro, tidak seperti itu, bahkan sejak zaman kolonisasi tahun 1934 tidak seperti itu, aturan protokoler ada, tapi jangan berlebihan, ini bukan istana presiden atau gubernur, malu dengan kondisi jalan balik arah di dalam lingkungan Pemkot, apa bagus? Tidak kan,” ucapnya.
Terkait larangan membawa handphone saat menghadap Wali Kota, Lukman Hakim mengaku setuju meski harus dilihat terlebih tamu yang datang.
“Kalau handphone wajar tidak boleh, karena sekarang banyak orang menghadap namun etika kurang baik, sembarangan ambil gambar tanpa izin. Namun, kembali lagi dilihat siapa yang menghadap,” katanya.
Menurutnya, penjagaan berlapis tidak perlu dilakukan karena sudah ada protokol acara yang mengerti bagaimana mengatur jam kedinasan dengan penerimaan tamu. “Kalau dijaga seperti itu berarti timbul rasa takut dan kalo takut ya tidak usah jadi wali kota,” ungkapnya.
Lukman menyarankan Wali Kota Metro saat ini bertugas sesuai jargonnya yaitu Mendengar dan Berkerja. Jargon tersebut cermin keterbukaan antara kepala daerah dan masyarakat.
“Wali Kota itu adalah bapaknya masyarakat, jadi tidak ada yang ditutupi kepada masyarakatnya. Saya yakin Wahdi Sirajuddin dapat memimpin Metro jadi lebih baik. Keluarganya memang memiliki sejarah dalam membangun Kota Metro dan juga memang Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro yang sekarang asli dan dibesarkan di Kota Metro,” imbuhnya lagi.(*)[Abid Bisara]