Senin, Oktober 14, 2024

Top 5 This Week

Related Posts

Pecatur Muda Binaan Japfa Perlihatkan Kegigihan Pada Ajang FCPI Ke-9

Pecatur muda binaan Japfa pada ajang catur nasional di Jakarta. | Dokumentasi

Jejamo.com, Jakarta – Pecatur-pecatur muda binaan JAPFA dipaksa bertarung habis-habisan di ajang Festival Catur Pelajar Indonesia (FCPI) ke-9 di Wisma Catur, Cempaka Putih.

Keempat siswa binaan JAPFA terpaksa hanya bisa mengantongi 3 poin dan 2 poin dari enam ronde pertandingan dari tanggal 29 Februari hingga 1 Maret 2020.

“Bhakti Hakim mendapatkan tiga poin dari 6 poin pertandingan. Tiga poin tersebut didapatkan dari dua poin kemenangan dan satu point menang WO,” ujar Afrizal, Pimpinan Tim Catur Muda JAPFA yang juga tim HRGA PT Suri Tani Pemuka unit Pabrik Pakan Lampung, kepada jejamo.com via telepon.

“Tiga pecatur lainnya atas nama Vellin Trienja, Jonifar Stepi, dan M. Adli Azzaki masing-masing hanya mendapatkan dua poin dari enam pertandingan yang dilalui,” imbuhnya.

Afrizal menjelaskan meskipun sudah dilakukan persiapan matang sebelum pertandingan hasilnya tetap belum memuaskan.

JAPFA telah mempersiapkan pecatur muda tersebut dengan pendampingan selama enam bulan dan sudah dilakukan pelatihan intensif selama sehari sebelum pertandingan.

“Anak-anak mendapatkan lawan latih tanding yang cukup kuat,” ujar MN Surya Wahyudi, pelatih catur dari JAPFA Chess Club, kepada jejamo.com via sambungan telepon.

“Stepi harus puas di posisi 21 pada klasemen akhir. Sedangkan Bhakti dengan 3 poin berada di posisi 24, Vellin di ranking 27 dan Zakki harus puas di ranking 32 dari 48 peserta,” imbuhnya.

Meski belum meraih kemenangan bahkan di posisi klasemen 10 besar, pertandingan tersebut menurut Surya mampu memberikan pengalaman bertanding yang baik.

Surya mendorong pecatur binaan JAPFA untuk bertanding dengan maksimal dan tidak boleh menyerah terlalu dini.

“Pilihannya menang atau berjuang hingga habis-habisan. Tidak boleh remis,” ujar Surya.

“Strategi ini untuk melatih anak-anak agar berani bertarung secara optimal. Seandainya terpaksa kalah tetapi harus diperjuangkan terlebih dahulu,” imbuhnya.

Lebih lanjut Surya menjelaskan pembinaan catur bukanlah sebuah proses yang mudah dan terprediksi.

Konsistensi antara pelatihan dan pertandingan menjadi faktor utamanya. Kombinasi keduanya menjadi kunci utama pembinaan catur.

“Pertandingan dan lawan main yang mumpuni penting untuk meningkatkan kualitas permainan anak-anak,” jelas Surya.

“Sehingga meskipun para siswa binaan sudah berhasil di tingkat Lampung Selatan, belum tentu akan berhasil di daerah lain. Perjalanan mereka untuk berprestasi masih cukup panjang. Perlu ketekunan, konsistensi, dan mental juara,” tutupnya. [Sugiono]

Popular Articles