
Irfan Tri Musri. | Andi Apriyadi
Jejamo.com, Bandar Lampung – Manajer Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung Irfan Tri Musri mengatakan, pengelolaan sampah di Indonesia masih open dumping.
Negara ini belum menggunakan sanitary landfill dan sampah di sini belum menjadi energi biomassa.
“Sebanyak 14 persen yang dihasilkan adalah sampah plastik dan 57 persen ditemukan di pantai. Ada 60 ribu ton sampah plastik mengambang di setiap mil pesisir lautan,” ujar Irfan saat menjadi narasumber diskusi pubilk Hari Bumi bertajuk Bandar Lampung Kita “Veteran ” Adipura di Ruang Seminar Rektorat UIN Raden Intan Lampung, Senin, (22/4/2019). Acara dihelat UKM Maharipal.
Sampah yang mengambang di lautan, lanjut Irfan, merusak ekosistem laut dan mahluk hidupnya.
“Setahun terakhir ini melalui media massa kita membaca ada ikan paus dan mahluk hidup di lautan yang isi perutnya sampah. Dan itu menandakan laut di Indonesia dalam keadaan cukup genting,” paparnya.
Sedangkan di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung, ia menyebutkan, di wilayah Panjang dipastikan sampah menumpuk.
“Sebenarnya ada beberapa opsi pengelolaan sampah. Tapi yang baik itu menurut kami yaitu pecegahan dan pembatasan. Selain itu daur ulang. Masuk ke tempat pembuangan sampah adalah opsi terburuk,” jelasnya.
Dia menambahkan, beberapa pemanfaatan sampah mulai dari kompos, normalisasi daur ulang dan mengubah sampah menjadi sumber energi serta dikembangkan dalam sektor bisnis dan teknologi lainnya.
“Jadi sebenarnya sampah itu bisa digunakan untuk apa saja. Asalkan pengelolaannya dengan tepat,” tandasnya. [Andi Apriyadi]