Jejamo.com, Bandar Lampung – Sudah tiga bulan ini, Feren Graccilya punya hobi baru. Ia mulai kepincut dengan dunia model. Seorang kawan awalnya mengajaknyanya foto hunting bareng.
Dari sana ia kemudian suka sampai dengan sekarang. Beberapa fotografer sudah pernah foto bareng dengannya. Kebanyakan ourdoor di beberapa destinasi. Misalnya di Little Europe Citra Garden, lapangan tenis UBL, dan beberapa tempat lainnya.
Karena masih baru, kadang beberapa fotografer memintanya untuk rileks saat difoto.
“Iya sih banyak yang bilang aku supaya rileks. Ya karena baru, makanya kasih masukan kayak gitu,” ujarnya.
Cewek kelahiran Bandar Lampung, 23 Juli 2000, itu punya alasan simpel kenapa ia mulai suka difoto.
“Bebas aja, bisa ekspresi diri,” ujar gadis yang biasa disapa Feren itu.
Meski baru, Feren paling suka dan kepingin difoto dalam balutan busana bridal. Ia merasa lebih enak berekspresi dengan gaya demikian ketimbang yang lain.
Walaupun begitu, Feren juga tak masalah jika disodorkan konsep lain. Misalnya kasual. Balutan kaus dan celana juga masih enjoy ia lakoni.
“Suka banget kalau lihat foto orang-orang pre–wedding kayak gitu. Kayaknya wah aja, anggun,” ujar siswi kelas XI SMK Geomatika Bandar Lampung itu.
Feren memang belum banyak mengunggah foto-foto koleksinya di galeri Instagram miliknya: @feren_bie.
“Aku memang enggak begitu suka ekspose. Buatku, enggak semua orang mesti tahu aktivitas kita di media sosial,” katanya.
Selain dunia foto-foto, sebulan terakhir ini, Feren bersama seorang kawannya juga sedang mengikuti sebuah program di Radio Andalas: School FM.
Awalnya, kata Feren, ia bertemu salah seorang penyiar yang melakukan reportase di sekolahnya. Dari sana mereka berkenalan.
“Aku kemudian diajak untuk jadi penyiar di sana bareng seorang kawan. Asyik sih karena kan audiens sasaran program itu anak sekolah yang seumuran dengan kami,” ujarnya.
Di program itu, Feren diajari banyak hal tentang dunia kepenyiaran. Satu masukan yang masih terus ia pelajari sampai dengan sekarang adalah memperbanyak kosakata. Sehingga, saat tampil membawakan acara, suasananya lebih cair dan rileks.
”Sekitar setengah tahun program ini kami jalani. Kalau lulus nanti dikasih sertifikat. Ya kau sih anggap itu sarana belajar juga. Toh enggak semua kawan-kawan punya kesempatan seperti yang aku dapat seperti ini,” ujarnya.
Selama beberapa minggu ini menjalani program menjadi penyiar, Feren mendapat banyak masukan. Hal itu membuat kemampuannya dalam cuap-cuap di udara makin terasah.
“Kadang ya nervous juga sih. Apalagi kalau lagi ketemu owner atau manajer radionya. Kami kan dikasih masukan gitu. Tapi aku enjoy aja, namanya juga belajar,” katanya.
Bagi Feren, dunia broadcasting mempunyai daya tarik tersendiri. Pun demikian halnya dengan model. Namun, jika sekarang ia disuruh memilih, model atau penyiar, Feren tegas menjawab: penyiar.(*)
Laporan Widyaningrum, Wartawan Jejamo.com