Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait: Demo Soal Anak Adopsi Bupati Lampung Timur Sadistis

Ketua Komnas Perlindungan Anak Pusat Arist Merdeka Sirait. | Andi Apriyadi/Jejamo.com
Ketua Komnas Perlindungan Anak Pusat Arist Merdeka Sirait. | Andi Apriyadi/Jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Ketua Komnas Perlindungan Anak Pusat Arist Merdeka Sirait mengatakan, perbuatan sejumlah pengunjuk rasa menuntut Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim terkait anak angkatnya, merupakan perbuatan sadistis.

“Saya mendengar ada demo yang melibatkan dan mengeksploitasi anak terkait anak adopsi Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim. Dari kronologis dan dokumen yang kami terima, justru menurut saya ini perbuatan sangat sadistis karena mencederai dan melukai hati anak,” ujarnya kepada Jejamo.com, saat ditemui di Hotel Swiss Bell, Minggu, 23/7/2017.

Menurutnya, sebagai anak tidak boleh dipakai sebagai sumber pencarian ekonomi. Tapi, justru sekarang di Lampung Timur anak dipakai sebagai alat politik.

“Komnas Anak tentu menolak tegas karena apa yang dilakukan pendemo justru mengekploitasi anak secara terbuka mengumumkan kepada publik tanpa izin dari anak itu sendiri sebagai sumber berita yang disampaikan orang yang ingin merespon terhadap tuntutan ini,” ungkapnya.

Dirinya menuturkan, apa yang dilakukan sejumlah pengunjuk rasa sudah merupakan tindakan pidana dan melanggar hukum. Untuk itu, Komnas Perlindungan Anak mendukung untuk melaporkan kasus eksploitasi anak kepada pihak berwajib.

“Mengekspose anak begitu dengan vulgar dan dipakai sebagai alat untuk menekan ibunya. Saya tidak tahu latar belakang dan motifnya tapi yang jelas ini sudah melanggar hukum. Saya mendukung ibu korban untuk melaporkan ini kepolisian,” kata dia.

Anak yang menjadi korban juga harus diselamatkan karena kasus ini tidak boleh diekspose, apalagi anaknya tidak tahu hubungannya apa pun, justru dipakai sumber kegiatan politik.

“Bagi saya ini perbuatan politik, bukan memperjuangkan membela anak. Karena anak ini digunakan untuk menekan kelompok tertentu atau digunakan untuk menekan ibunya yang merupakan pejabat publik,” paparnya.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini