
Erik mengerjakan soal UNBK di tempat tidur di sekolahnya. | Andi Apriyadi
Jejamo.com, Bandar Lampung – Erik Maulana Saputra (14) siswa kelas 9 SMP Negeri 20 Bandar Lampung hanya bisa terbaring di ranjang sambil menahan sakit di ruang kelas yang dikhususkan untuk dirinya mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Rabu, (24/4/2019).
Erik mengalami patah tulang ekor dan pergeseran tulang pinggul, sehingga membuat putra bungsu dari tiga bersaudara pasangan suami istri Sutaryono (56) dan
Runtianingsi (45) warga Jalan Flamboyan 4, Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung hanya bisa terbaring di kasur.
Meski begitu, Erik tetap semangat dan tangan kanannya nampak cekatan menggerakan mouse komputer saat mengisi setiap soal UNBK 2019 mata pelajaran bahasa Inggris.
Sedangkan kedua kakinya ditutupi kain.
Di ruang kelas IX 9 tersebut Erik di dampingi wali kelas dan kepala sekolah serta ibu dan kedua kakak perempuannya yang menunggu di dalam kelas.
Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung Listadora mengatakan, Erik merupakan satu-satunya peserta UNBK 2019 yang ditempatkan di kelas khusus. Sebab, dia tidak bisa mengikuti proses ujian seperti peserta lainnya.
“Kami berinisiatif memfasilitasi kelas khusus agar dia (Erik) bisa mengikuti ujian ini. Sebab kami tidak bisa membawa komputer ke ke rumahnya,” ujarnya.
Pada pelaksanaan UNBK tahun ajaran 2018-2019, SMP Negeri 20 Bandar Lampung, lanjut Listadora, mengikutsertakan siswanya sebanyak 443 pelajar yang dibagi dengan tiga sesi.
“Sedangkan fasilitas komputer UNBK 2019, kami menyediakan 170 unit,” urainya.
Sementara itu, Runtianingsi orangtua Erik menceritakan, patahnya tulang ekor dan bergeser tulang belakang putranya itu, akibat terjatuh dari pohon kelapa setinggi 7 meter pada 13 Maret 2019 lalu.
“Awalnya itu dia baru pulang sekolah, lalu masuk kamar ganti baju. Kemudian dia manjat pohon kelapa yang ada di sampimg rumah,” terangnya.
Dia menambahkan, tidak lama memanjat pohon, tiba-tiba ia mendengar suara teriakan anak tersebut. Kemudian di hampiri Erik sudah tidak bisa bangun lagi.
“Dia sempat nggak sadarkan diri, terus kami bawa ke Rumah Sakit Imanuel, tapi sampai di sana meminta dirujuk ke RSUDAM untuk dilakukan operasi, tapi keluarga nggak mau, sehingga kami bawa ke pengobatan alternatif di Pringsewu,” pungkasnya. [Andi Apriyadi]