Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Dua Ribu Ton Beras Siap Dikirim ACT ke Bangladesh, Empati Indonesia untuk Rohingya

 

Presiden ACT Ahyudin. | Dokumentasi ACT
Presiden ACT Ahyudin. | Dokumentasi ACT

Jejamo.com, Bandar Lampung – Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) hari ini memulai misi pengiriman 2 juta kilogram beras yang berhasil terkumpul untuk pengungsi muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Jumlah sebanyak itu setara berat bersih 2.000 ton beras!

Presiden ACT Ahyudin mengatakan, ini bukan sekadar menghitung berapa jumlah panen beras yang bisa diproduksi dalam satu wilayah, bukan pula tentang urusan jual beli beras yang hanya berakhir pada cerita antara si penjual dan si pembeli.

“Tapi ini lompatan besar empati bangsa Indonesia. Empati dan kepedulian yang dikumpulkan setelah mendengar kabar tentang etnis Rohingya yang terusir. Ini tentang gerakan kemanusiaan luar biasa yang berhasil terkumpul tak kurang dari hitungan dua pekan. Hanya butuh dua pekan untuk menyiapkan dan mengumpulkan sejumlah total 2 juta kilogram beras,” ujarnya hari ini saat melepas 20 truk kontainer berisi beras dan bahan makanan yang akan berkonvoi menembus Myanmar.

Kata Ahyudin, ribuan petani lokal dilibatkan dalam catatan epik kemanusiaan bangsa Indonesia ini. Ratusan sampai seribu-an hektare sawah menjadi pemasoknya di dua kabupaten yang berbeda, dari Kabupaten Blora hingga Kabupaten Bojonegoro.

“Empati tentang kisah dari orang-orang Rohingya diunggah, serentak menyebar luas, kemudian bermuara pada kepedulian untuk membantu sesama. Ketika konflik kemanusiaan terjadi di pelupuk mata, Indonesia tak bisa berdiam diri, harus berbuat sesuatu,” kata alumnus FKIP Universitas Lampung itu.

Ahyudin memeaparkan, ini adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah kemanusiaan bangsa ini, paket bantuan jumlah terbesar segera dikirimkan untuk puluhan ribu keluarga-keluarga Rohingya yang kini terkucil, terusir, dan dirundung ketakutan.

“Atas nama Indonesia, bantuan kemanusiaan masif sebesar 2.000 ton beras bakal dilayarkan langsung dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, menuju ke Pelabuhan Chittagong di Bangladesh,” kata dia.

Dari Chittagong, lanjut Ahyudin, tepat di sepanjang perbatasan antara Myanmar inilah membeludak luar biasa jumlah pelarian pengungsi Rohingya yang sebelumnya berasal dari SIttwe, Negara Bagian Rakhine. Di Sittwe, persekusi dan genosida memburu orang-orang Rohingya.

Rahadiansyah, anggota Tim Kemanusiaan ACT untuk Rohingya yang tiba di Bangladesh sejak Jumat, 1/9/2017, mengungkapkan, kondisi mereka begitu memprihatinkan. Banyak dari mereka yang terlihat ketakutan dan lunglai, tak terkecuali anak-anak.

“Bayi dan balita kekurangan asupan gizi karena tidak mendapatkan asi dari ibunya. Ibu mereka cukup stres sehingga asi pun tidak keluar. Apalagi para lansia yang terlihat ringkih dengan tongkat jalan mereka. Mereka butuh suplemen untuk menambah stamina tubuh,” papar Rahadiansyah yang akrab disapa Anca.

Urgensi pemberian bantuan yang dibutuhkan pengungsi baru Rohingya di Bangladesh pun semakin digaungkan. Saat ini, Anca mengungkapkan, setidaknya ada empat kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan, di antaranya pangan, nutrisi dan suplemen, shelter, dan pakaian layak pakai.

“Di atas itu semua, panganan siap saji paling dibutuhkan saat ini,” tambah Anca.

 

Beras ribuan kilogram siap masuk ke Myanmar untuk pengungsi Rohingya. | Dokumentasi ACT
Beras ribuan kilogram siap masuk ke Myanmar untuk pengungsi Rohingya. | Dokumentasi ACT

Ahyudin menambahkan, bantuan pangan terbesar yakni 2.000 ton dari Cepu dan Bojonegoro. Ia mengatakan, mengapa beras, karena beras menjadi makanan utama sebagian besar masyarakat Asia. Tidak terkecuali, untuk ratusan ribu sampai sejuta lebih komunitas Rohingya yang terkucil dan tertindas.

“Atas dasar inilah, Cepu di Kabupaten Blora juga Kabupaten Bojonegoro mendapatkan amanah spesial untuk menyiapkan beras-beras terbaik. ACT menampung amanah besar masyarakat Indonesia, mengulang kembali catatan epik pengiriman bantuan ke Somalia dan Afrika lewat Kapal Kemanusiaan tahap ke-1 dan tahap ke-2, beberapa bulan lalu,” tambah Ahyudin.

Sebelum konvoi truk kontainer datang merapat ke Jipang, para petani sudah sibuk memanen padi. Ngadi, Kepala Desa Jipang mengatakan, semangat untuk membantu Rohingya datang bersamaan dengan momentum panen di Jipang, juga panen di desa-desa sekitar Cepu.

“Tak disangka, amanah untuk siapkan ribuan ton beras untuk membantu Rohingya ini datang tepat di momen panen raya Desa Jipang,” ujar Ngadi.

Kurang lebih sepekan sebelumnya, dengan tangan yang cekatan, tangan para petani memarit padi untuk selanjutnya dikumpulkan dalam satu wadah besar. Padi-padi yang telah dikumpulkan lantas dimasukkan ke dalam suatu mesin pengolah untuk dipisahkan antara padi dan tangkainya.

“Ini bukan sekadar hiruk pikuk menyambut masa panen ketiga dalam setahun terakhir. Ini tentang ikhtiar besar masyarakat Indonesia untuk membantu saudara-saudara Rohingya yang tengah diterpa krisis kemanusiaan,” tutur Ngadi.

Sejak Sabtu, 16/9/2017, selama empat hari proses muat beras dari gudang ke dalam kontainer dilakukan per 500 ton setiap harinya. Puncaknya, Selasa, 19/9/2017, iring-iringan 20 kontainer terakhir yang dimuat dari Cepu bakal berjalan konvoi menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Iring-iringan konvoi truk kontainer Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya dilepas langsung Bupati Blora Djoko Nugroho.

“Tiba di Surabaya, insya Allah, 2.000 ton beras Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya bakal dilayarkan melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Ditotal keseluruhan, beras 2.000 ton untuk Rohingya bakal dimuat dalam 80 kontainer ukuran 25 ton/kontainer,” ujar Ahyudin.

“Jika tak ada aral melintang, Kapal Kemanusiaan rencananya bakal dilepas Kamis, 21/9/2017, oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan saya sendiri di Dermaga Terminal Petikemas Surabaya,” pungkas Presiden ACT Ahyudin.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini