
Nurhayati bersama murid.| Andi Apriyadi
Jejamo.com, Lampung Selatan – Nurhayati, guru SD Negeri 1 Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan, tak kuasa menahan sedih ketika harus menceritakan peristiwa tsunami yang menimpa beberapa anak-anak muridnya yang tinggal di pesisir pantai Desa Way Muli.
Nurhayati menceritakan peristiwa tsunami di hadapan beberapa anak didiknya dan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung bersama Duta Pelajar Kemanusiaan (DPK) ACT Lampung angkatan 1 saat memberikan dukungan psikososial dan batuan perlengkapan sekolah di SD Negeri 1Way Muli, Jumat, 18/1/2019.
“Dari 50 murid yang sekolah di sini ada tiga siswa kami yang meninggal dunia akibat tsunami beberapa waktu lalu. Ketiganya yaitu Tiara Asyani kelas 6, Iksan Saputra kelas 3, dan Azmi kelas 1,” terangnya.
Nurhayati mangku sedih atas peristiwa tsunami yang menelan korban jiwa tiga anak didiknya yang dikenal rajin belajar.
“Jujur saya sangat sedih, nggak tahu harus menceritakan mereka ini seperti apa. Tapi yang jelas ketiga korban ini anaknya rajin belajar di kelasnya,” urainya.
Dalam kesempatan itu juga Nurhayati bertanya kepada beberapa muridnya yang hadir. Bagaimana mereka terbawa arus ombak saat tsunami menerjang pada malam hari itu.
“Anak-anak coba ceritakan sama kakak yang ada di sini bagaimana kalian terbawa ombak dan bagaimana kalian bisa selamat,” tanya dia kepada anak-anak.
“Nggak tahu lagi saya Bu, karena malam itu saya sama bapak dan ibu sedang tidur, terus ada ombak masuk dalam rumah. Kami semua terbawa ombak,” kata salah satu anak tersebut.
Lanjut Nurhayati, selain menelan korban jiwa, sekitar 47 rumah tinggal murid hancur dan membuat mereka harus tinggal di pengungsian.
“Sekarang mereka yang selamat tinggal diatas gunung bersama orangtuanya. Kami saat ini hanya bisa mendoakan mereka,” ucapnya. [Andi Apriyadi]
517 kali dilihat, 1 kali dilihat hari ini