Jejamo.com, Bandar Lampung – Budidaya tanaman lada banyak ditekuni oleh masyarakat di Provinsi Lampung. Harga jual rempah-rempah ini sangat menggiurkan yakni mencapai Rp150.000 per kilogram membuat, budaya tanaman lada begitu menggiurkan.
Namun demikian, budidaya tanaman ini juga memiliki tantangan atau permasalahannya sendiri. Dikutip jejamo.com dari Trubus, Sabtu, 29/10/2016, salah satu tantangan dalam budidaya lada yaitu pada tahun pertama petani belum bisa mendapatkan hasil.
Lada berbuah pada tahun ketiga setelah tanam, artinya pada masa sebelum panen, petani harus merogoh kocek yang dalam untuk perawatan tanaman. Jika perawatan tidak maksimal dan kurang baik, tanaman bisa mati dan tidak berbuah dengan baik, tentunya penantian selama tiga tahun bisa sia-sia.
Penyakit busuk pangkal batang akibat cendawan juga menjadi masalah yang menghantui tanaman lada. Ciri-ciri tanaman yang terkena penyakit ini, yakni mulai menguning dan layu. Solusi dari penyakit ini, petani bisa menanam kacang pintoi sebagai tanaman penutup tanah. Bisa juga dengan membuat parit di sekeliling kebun agar tanaman lada terhindar dari genangan air.
Majalah trubus juga mengulas bahwa untuk mendapatkan tanaman lada yang berproduksi maksimal, petani bisa menerapkan budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan tepat dan benar.
Salah satunya dengan menerapkan tanaman lada dan ternak, perkebunan lada juga harus ditumbuhi kacang pintoi sebagai penutup tanah. Tujuannya agar menghambat penyebaran cendawan sebagai penyebab penyakit busuk pangkal batang.
Untuk memangkas pertumbuhan kacang pintoi, petani juga bisa sambil membudidayakan kambing etawa di kebun lada. Kambing akan memakan kacang pintoi dan kotorannya bisa digunakan sebagai bahan organik pembasmi cendawan busuk pangkal batang.(*)