
Banjir melanda Bengkulu. | Dokumentasi ACT
Jejamo.com, Bengkulu – Bengkulu belum sepenuhnya pulih dari banjir. Pada Selasa (30/4) siang, air masih menggenangi rumah warga, di sisi Jalan Irian, Kelurahan Tanjung Jaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu.
Genangan air yang tinggi membuat beberapa warga yang tinggal agak ke dalam permukiman harus menggunakan rakit untuk menjangkau rumahnya.
Sejumlah warga juga tampak membersihkan rumah mereka. Salah satunya Ramli (80), ia yang tinggal berdua dengan Mariana, istrinya, mulai membersihkan rumah dari lumpur sisa banjir sejak Senin (29/4) kemarin. Pada Selasa siang, mereka belum bisa membersihkan rumah sepenuhnya karena air masih menggenang di batas teras rumah hingga batas jalan raya.
Beberapa barang yang terendam banjir milik Ramli dan Mariana pun dievakuasi ke sisi Jalan Irian. “Baju terendam, kasur juga, ya banyak barang-barang lainnya,” kata Ramli.
Air yang masih menggenang juga membuat Ramli dan warga terdampak banjir di Kelurahan Tanjung Jaya belum dapat mengakses listrik. Sedangkan untuk air bersih, Ramli mengaku masih bisa mendapatkan air bersih dari saluran air (leding) di rumahnya.
Debi Saputra selaku Koordinator Bidang Kebencanaan Masyarakat Relawan Indonesia – Aksi Cepat Tanggap (MRI – ACT) Bengkulu mengatakan, air yang menggenangi permukiman warga di sisi Jalan Irian disebabkan minimnya resapan air di daerah tersebut.
Permukaan jalan yang lebih tinggi dibanding permukiman warga pun memperparah keadaan.
Debi juga menjelaskan, banjir yang menerjang Tanjung Jaya kali ini menjadi salah satu banjir terparah sejak beberapa waktu silam. “Daerah Tanjung Jaya beberapa kali langganan banjir.
Namun banjir kali ini cukup parah. Air mula-mula menggenang sejak Jumat, lama-lama meninggi hingga Sabtu dinihari,” jelas Debi seperti jejamo.com kutip dari news.act.id.
Selain permukiman warga, dampak banjir juga masih terlihat di SD Negeri 65 Kota Bengkulu. Sekolah yang juga berada di Kelurahan Tanjung Jaya itu masih dipenuhi lumpur pada Selasa siang. Guru dan para siswa pun bergotong royong membersihkan kelas serta menyelamatkan buku ajar dan sejumlah arsip.
Akibat banjir, kegiatan belajar mengajar pun dihentikan sementara. Kepala Sekolah SD Negeri 65 Hamsani mengatakan, menurutnya, SD Negeri 65 adalah salah satu sekolah terdampak banjir terparah.
Belum lagi, menurut keterangan Hamsani, SD Negeri 65 juga dijadikan tempat mengungsi warga.
“Kami juga harus membereskan sekolah. Beberapa waktu lalu, ruang-ruang kelas kami digunakan untuk tempat warga mengungsikan barang-barang,” katanya, Selasa (30/4). Banjir merendam belasan ruang di SD negeri 65, termasuk 13 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, dan UKS.
Sebagian warga yang terdampak banjir pun belum mulai beraktivitas. Mereka masih memilih membersihkan rumah.
Ramli misalnya, ia yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan pembuat atap dari rumbia, masih harus mengurus rumahnya. Ia pun belum dapat kembali melakukan aktivitas membuat rumbia karena sejumlah perlengkapan hanyut terbawa air.
“Saya mengerjakan pesanan atap rumbia sebelum banjir, lalu saya dan keluarga pergi ke Palembang. Sepulang dari Palembang rumah sudah terendam, dagangan pun hanyut,” cerita Ramli. Saat ini, ia pun mengaku mendapat dukungan untuk hidup sehari-hari dari anak-anaknya.
Aktivitas belajar mengajar juga belum bisa dilakukan di SD Negeri 65 Kota Bengkulu. Kelas yang dipenuhi lumpur terpaksa menghentikan proses kegiatan belajar mengajar di sana.
“Kami sudah hubungi dinas pemadam kebakaran untuk membantu membersihkan sekolah. Kami tidak memiliki air bersih yang cukup,” jelas kepala sekolah, Hamsani. []