Jejamo.com, Lampung – Mantap! Di saat sejumlah provinsi mengalami kekurangan air pertanian, Lampung justru surplus. Kondisi ini tentu tak datang begitu saja, kerja keras Pemerintah Provinsi Lampung di bawah kepemimpinan Gubernur M Ridho Ficardo berbuah manis. Pengaturan air irigasi yang baik membuat makin banyak lahan yang bisa ditanami, sehingga indeks pertanaman meningkat. Ini yang membuat produksi padi di Bumi Ruwa Jurai ikut terangkat.
Buah hasil keja keras tak lain karena berbagai terobosan yang dilakukan Gubernur M Ridho Ficardo dalam memperbaiki secara besar-besaran jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier sejak 2015 lalu. “Tingkat kebocoran saluran irigasi di Lampung itu cukup tinggi yakni 30 persen. Tidak ada cara lain kecuali harus direhabilitasi. Jika tidak, berapa pun debit air pasti habis di tengah jalan. Ini menyulitkan pencapaian target produksi,” kata Gubernur Ridho.
Menurutnya kunci sukses pertanian ada pada ketersediaan air. Itu sebabnya, ketika mendapat amanat meningkatkan produksi padi hingga 4,4 juta ton, ia berjibaku ke pusat agar seluruh jaringan irigasi di Lampung diperbaiki. Lobi intens yang dilakukan gubernur muda itu ke pemerintah pusat, termasuk ke Menteri Pekerjaan Umum, membuat Lampung mendapat gelontoran dana fantastis sebanyak Rp163,8 miliar. Dana itu dipakai untuk memperbaiki 16 dari 19 daerah jaringan yang menjadi kewenangan Provinsi Lampung. Daerah jaringan itu tersebar di Pringsewu, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Lampung Barat di mana Pemprov Lampung memiliki kewenangan mendistribusikan air ke 21.045 hektare lahan pertanian.
Dampaknya, indeks pertanaman naik dari 1,5 menjadi 1,8. Kenaikan itu membuat Lampung optimistis mampu memenuhi target produksi padi 2017 dari Kemeterian Pertanian RI yakni 4,4 juta ton gabah kering giling (GKG).
“Targetnya seluruh jaringan irigasi dapat diperbaiki tahun ini. Bahkan Pemprov Lampung mengusulkan penambahan empat daerah irigasi baru di Lampung Timur dan Lampung Barat. Kemudian dua rawa di Lampung Timur dan Lampung Barat, sehingga ada 10 ribu hektare lagi lahan yang indeks pertanamannya bisa ditingkatkan,” kata Ridho.
Terobosan baru juga dilakukan dengan tak hanya mengandalkan pemenuhan kebutuhan air pertanian dari irigasi. Sejak 2015, Pemprov Lampung memperbaiki tujuh embung dari dana APBD murni. Jumlah embung dan bangunan penampungan air yang dibangun hingga 2017, bertambah menjadi 28 yang tersebar di Pringsewu, Tulangbawang Barat, Way Kanan, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Pesisir Barat.
Berbagai program irigasi dicanangkan agar dunia pertanian di negeri ini maju dan berdaya saing. Salah satun upaya pemerintah yakni dengan menggulirkan Water Resources and Irrigation Sector Management Program atau yang dikenal WISMP. Ini merupakan program pemerintah untuk meningkatkan produksi hasil pertanian melalui penyempurnaan sistem pengaturan, pengelolaan kelembagaan, keberlanjutan fiskal, pengelolaan dan kinerja dalam pengelolaan sumber daya air.
Secara umum program WISMP terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah WISMP I dengan masa pelaksanaan tahun 2006 -2010. Orientasinya diarahkan untuk membantu pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan program peningkatan kemampuan yang diperlukan untuk memperkuat keberlanjutan kerangka kelembagaan water sector adjustment policy.
Tahap kedua merupakan merupakan tahap perluasan atau pengembangan yang disebut WISMP II dangan masa pelaksanaan tahun 2011 – 2017. Di sini mencakup penyesuaian program berdasarkan pengalaman pelaksanaan tahap pertama dan akan diperluas baik wilayah, lingkup dan kompleksitas perencanaan, pemrograman dan pembiayaan, serta investasi dari berbagai sektor pada beberapa wilayah sungai terpilih.
Kegiatan WISMP dibuat untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dan irigasi, meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian dilahan beririgasi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penurunan kemiskinan. Tujuannya dalam rangkat mendukung ketahanan pangan nasional. Target yang akan dicapai secara nasional adalah peningkatan produksi usaha tani sebesar 15 persen dalam area seluas 390 ribu hektare sawah dan sekaligus peningkatan kesejahteraan seluruh P3A diareal kegiatan.
“Saya berharap masyarakat ikut memelihara seluruh jaringan irigasi, terutama Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah dilantik. Berdayakan air yang tersedia untuk meningkatkan produksi, karena Lampung sekarang masuk lima besar lumbung pangan nasional,” pungkas Ridho.(*)