Jejamo.com, Bandar Lampung– Krisis air di Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, diduga dipicu pepohonan yang berada di Bukit Batu Sukamenanti habis dieksploitasi.
Ketua RT 05 Kelurahan Sukamenanti Amsari mengatakan, Bukit Batu Sukamenanti sejak dulu sudah dikeruk oleh warga sekitar yang sehari-harinya bekerja sebagai kuli batu.
“Sudah lama bukit ini dikeruk, kalau nggak salah sejak tahun 70-an gitu. Katanya kalau dulu sebelum dikeruk kaya gini air masuk ke sumur warga masih banyak,” ujarnya, Kamis, (11/7/2019).
Menurut Amsari, semenjak bukit tersebut habis dan beralih fungsi menjadi tempat tinggal warga sekitar, mulai mengalami krisis air.
“Pepohonan di bukit nggak ada lagi, sehingga warga mengalami krisis air. Jadi sangat berpengaruh karena nggak ada resapan air lagi,” katanya.
Lanjutnya, sampai sekarang warga masih mengeruk batu-batu yang ada di bukit. Sebagian warga mencari nafkah sebagai kuli batu.
“Sebenarnya dulu tahun 2001 atau 2002 pernah mengajukan ke pemerintah agar bukit ini nggak dikeruk lagi. Bahkan sempat ditunggu Pol PP, tapi hanya sebentar,” ungkapnya.
Sementara itu, Camat Kedaton Febriana mengakui sedikit banyak pengerukan bukit ini berpengaruh terhadap krisis air di lingkungannya. Tetapi ia bersama masyarakat tidak bisa berbuat banyak.
“Karena ada pihak-pihak yang mencari nafkah di bukit tersebut dan memang ada perusahaan-perusahaan luar yang punya usaha di situ, sampai sekarang juga masih beroperasi,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung memberikan bantuan air berish kepada warga Jalan Rusa, Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Warga mengalami krisis air bersih di wilayah ini. [Andi Apriyadi]