Jejamo.com, Tanggamus – Bupati Tanggamus Dewi Handajani menghadiri Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) yang diselenggarakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementerian Pertanian RI di Pekon Muaradua, Kecamatan Pulaupanggung, Rabu, 26/5/2021.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Puslitbang Perkebunan Kementerian Pertanian yang pada hari ini kembali hadir, guna mencari lokasi yang tepat untuk rencana pengembangan kopi dan lada di Kabupaten Tanggamus,” kata Dewi handajani.
Dalam kesempatan itu Dewi Handajani juga menyampaikan bahwa Kabupaten Tanggamus memiliki wilayah perkebunan seluas 81.874 hektare yang didominasi oleh perkebunan kopi robusta dengan luas 41.270 hektare dan produksi mencapai 34.129 ton per tahun. Lalu komoditas lada memiliki luas 7.859 hektare dengan produksi 3.483 ton per tahun.
Tanggamus menepati urutan kedua sebagai kabupaten penghasil kopi dan lada terbesar di Provinsi Lampung setelah Lampung Timur, di mana Kecamatan Air Naningan menjadi salah satu sentra penghasil terbesar lada di Tanggamus.
Dari potensi yang cukup besar tersebut masih belum berbanding lurus dengan kesejahteraan para petani yang umumnya memiliki sumbe rdaya dan akses yang masih sangat terbatas terhadap pengetahuan kewirausahaan serta layanan pertanian.
“Dan kami bersyukur bahwa kondisi tersebut direspon oleh pemerintah pusat melalui Puslitbang Perkebunan Kementerian Pertanian yang beberapa waktu lalu telah menyelenggarakan Bimtek Tanaman Perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Lalu pada hari ini dilanjutkan dengan mencari lokasi yang tepat bagi pelaksana Research Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK),” kata Dewi.
Beberapa permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan hulu dan hilir hasil produksi kopi di Tanggamus pada saat ini adalah kualitas hasil yang masih cukup rendah serta harga yang belum sesuai dengan harapan petani. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian petani kopi dan lada beralih pada komoditas lain sehingga produksi komoditas kopi dan lada kian tahun kian menurun.
“Untuk itu kepada iim dari Puslitbang Perkebunan Kementerian Pertanian kami berharap, agar petani kami didampingi mulai dari pupuknya, teknologinya, dan terutama pascapanennya, karena biasanya di sini pada musim panen raya terutama masih dalam musim hujan biasanya hasil panennya langsung dijual. Petani tidak mau repot lagi, karena mengeringkan kopi atau lada dan kakao hasil panen di musim hujan terlalu merepotkan, untuk itu perlu pengering. Karenanya perlu kita mengawal pertanian itu dari hulu sampai hilir, untuk mendukung pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan modern,” pungkas bupati.
Sementara, Kusmaini dari Puslitbang Tanaman Perkebunan, Kementan RI mengaku senang dengan sambutan dari Pemprov Lampung dan Pemkab Tanggamus yang sangat antusias dalam RPIK. Menurutnya riset yang dikomandoi Puslitbang Tanaman Perkebunan ini dilakukan kolaborasi dari hulu hingga hilir
“Nah pada RPIK ini, kami seluruh tim dari hulu (budidaya) sampai hilir (pascapanen) berkolaborasi. Jadi dari mulai budidaya sampai pascapanen pembuatan produk maupun pemasarannya akan kami lakukan riset dan pengembangan di sini. Dan itu melihat potensi di Lampung sangat besar untuk lada hitam karena ini RPIK lada maka kami utamakan lada hitam, kemudian kami selingi dengan kopi, jadi kopi pendukung dari program ini,” katanya.
Dilanjutkan, Kusmaini, bahwa tim dalam RPIK langsung turun ke lapangan, untuk mengetahui potensi apa saja di Tanggamus dan sentra produksi perkebunan di Tanggamus.(*)