Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebanyak 432 warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku, Kabupaten Lampung Selatan dievakuasi melalui Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung menggunakan kapal KRI Teluk Cirebon 543, Kamis sore sekitar pukul 18.00 WIB, 27/12/2018.
Maimunah (43), warga Pulau Sebuku, menjelaskan, sebelum dievakuasi, dirinya bersama ratusan warga korban tsunami sempat terisolir selama lima hari.
“Selama lima hari kami berlari menyelamatkan diri ke pegunungan karena kawatir tsunami susulan dan letusan Gunung Anak Krakatau,” ujarnya.
Warga lain, Samsudin, mengungkapkan, warga sempat mengalami kekurangan makanan setelah musibah alam tsunami melanda.
Komanda Lanal Lampung Kolonel Laut (P) Albertus Agung Priyo mengatakan, sebanyak 432 warga Pulau Sebesi harus diungsikan ke Pelabuhan Panjang untuk menghindari adanya tsunami susulan.
“Kami siap selalu membantu dan menyiapkan kebutuhan para pengungsi yang ingin pindah ke lokasi yang aman,” katanya.
Selain anggota TNI, tim yang membantu proses evakuasi terdiri dari aparat kepolisian, Basarnas, dan Dinas Perhubungan Lampung.
“Tim kesehatan Kemenkes dan sejumlah mobil juga sudah disiapkan untuk mengantisipasi adanya pengungsi yang sakit, ” pungkasnya.
Usai dicek kesehatannya, para pengungsi langsung dibawa menuju Kalianda dan tiba di Ibu Kota Kabupaten Lampung Selatan itu sekitar pukul 21.00 WIB. Kedatangan mereka disambut Plt Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto di posko pengungsian Lapangan Tenis Indoor Kalianda.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Lampung Selatan Anasrullah, ratusan pengungsi itu berangkat pukul 16.30 WIB dari Pelabuhan Pulau Sebesi dan tiba di Pelabuhan Panjang Bandar Lampung pukul 18.00 WIB.
“Alhamdulillah, semua pengungsi telah tiba dengan selamat. Di Panjang diterima oleh Danlanal Lampung dan sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan,” ujar Anas.
Lima hari pascatsunami, gelombang pengungsi terus berdatangan dari Pulau Sebesi. “Dari informasi terakhir yang kita peroleh dari sekretaris desanya, ini pengungsi terakhir yang kita angkut. Di sana sudah tidak ada lagi warganya,” kata Anas mengutip perkataan Sekdes Desa Tejang, Pulau Sebesi.(*) [Andi Apriyadi]