Jejamo.com, Bandar Lampung Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung menggelar diskusi dengan melibatkan kalangan jurnalis membahas topik hak kesehatan seksual reproduksi (HKSR).
Dalam diskusi yang bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung itu dipaparkan beberapa program dan riset yang sedang dilakukan PKBI Lampung.
Direktur Eksekutif PKBI Lampung Dwi Hafsah Handayani menyebut, PKBI merupakan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki tujuan mewujudkan keluarga yang bertanggung jawab serta berperan membantu pemerintah meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, termasuk kalangan generasi muda.
Salah satu program yang saat ini, sedang dijalankan adalah Get up speak out(Guso). Program tersebut bertujuan memberikan pengetahuan dan mendorong pemenuhan akan hak kesehatan seksual dan reproduksi di kalangan pelajar dan anak muda.
Program tersebut dilakukan dengan memberikan pengetahuan khusus tentang HKSR kepada kalangan pelajar, melalui guru-guru yang telah di latih di tiga SMP di Bandar Lampung, dan dengan menggandeng komunitas muda di Bandar Lampung.
“Program ini pendekatannya berfokus pada kalangan muda dan remaja. Kami juga mencoba membangun kemitraan dengan kalangan remaja, membekali pengetahuan, keterampilan, kekritisan mereka tentang hak kesehatan seksual reproduksi,” ujar Hapsah.
Target program Guso adalah kalangan remaja usia 10-24 tahun, termasuk remaja yang termarjinalkan dan tidak berkesempatan mendapatkan pengetahuan tentang hak kesehatan selsual reproduksi seperti remaja dengan HIV/AIDS, remaja LGBT, remaja dengan kebutuhan khusus seperti remaja disabilitas, hingga remaja putus sekolah, dan yang tinggal di daerah semiurban.
Hapsah menyebutkan, saat ini PKBI Lampung, menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta tengah melakukan riset untuk mengukur capaian dari program implementasi tersebut.
Sementara Manajer Program PKBI Lampung, Regina Locita Pratiwi memaparkan, saat ini PKBI Lampung juga tengah menjalankan program riset pemberitaan HKSR Remaja Ragam Idenitas bersama Ardhanary Institut, Rutgers WPF Indonesia, Aliansi Satu Vusu,dan Guso.
Riset tersebut mengkaji pemberitaan-pemberitaan menyangkut HKSR yang selama ini dilakukan oleh media masa.
“Kami ingin mengetahui Prespektif media dalam memberikan isu yang berkaitan dengan HKSR,” ujar Regina.
Khusus untuk peningkatan kapasitas jurnalis dalam meliput dan menulis berita tentang HKSR, menurut Regina PKBI juga akan menggagas pelatihan khusus jurnalis dan editor terkait prespektif HKSR.
“Kemungkinan kami masih akan bermitra dengan Aliansi Jurnalis Independen Bandar Lampung untuk melaksanakan program ini nantinya,” kata dia.
Pemateri lainnya, jurnalis LKBN Antara Lampung, Budisantoso Budiman, mengatakan masih banyak media di Lampung, bahkan nasional yang tidak sensitif gender.
Hal itu dapat dilihat dari beberapa contoh berita yang ditampilkan mulai dari judul yang cenderung bombastis, dan isi yang tidak memihak korban.
Dalam kesempatan itu, Budi juga menyampaikan beberapa kde etik pemberitaan yang seharusnya ditaati jurnalis, seperti tidak menyebut identitas korban kekerasan seksual, dan tidak menulis hal yang justru menimbulkan rasa trauma korban.
Sementara Ketua AJI Bandar Lampung, Padli Ramdan, mengatakan, kegiatan diskusi bersama PKBI Lampung, diharapkan menjadi kesempatan untuk para jurnalis meningkatkan pengetahuan tentang isu HKSR. Isu yang selama ini masih kurang banyak dianggkat dalam pemberitaan media masa.
“Banyak pengetahuan tentang kesehatan seksual repoduksi yang bisa dijadikan jurnalis sebagai isu-isu baru yang mempunya nilai berita,untuk kemudian dikemas menjadi informasi untuk masyarakat luas,” ujar Padli dalam rilis.(*)