Jejamo.com, Bandar Lampung – Warga Jalan Pandawa 2, Perumahan Garuntang Lestari, Kelurahan Garuntang, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, mengeluhkan tumpukan sampah yang menimbulkan bau busuk yang dibuang di pinggir sungai dan perkarangan perkebunan.
Maulana Azis (35), warga RT 07 yang tinggal tak jauh dari lokasi, mengatakan sampah yang menumpuk di pinggir sungai berasal dari buangan warga sekitar. Hal tersebut dilakukan warga karena sudah tidak ada lagi petugas satuan operasional kebersihan lingkungan (sokli) yang mengambil sampah.
“Sudah lama warga buang sampah di pinggir kali, kira-kira kurang lebih satu tahun belakangan buang sampah di sini. Katanya motor roda tiga yang digunakan petugas sokli rusak, jadi mau enggak mau warga buang sampah di sini,” ujarnya kepada Jejamo.com saat ditemui di kediamannya, Rabu, 25/10/2017.
Warga sekitar, lanjut Azis, sudah berupaya dan meminta warga tidak lagi membuang sampah di pinggir sungai karena menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu kenyamanan. “Meski ada larangan yang dipasang, mereka masih aja buang sampah di sini. Kalau hujan turun bau busuknya kerasa banget,” terangnya.
Selain bau yang menyengat, sampah yang menumpuk juga mengundang lalat. Serangga kecil yang kerap hinggap di kotoran itu acap masuk ke rumah Azis. Sehingga setiap hari ia inisiatif membakar sampah yang menumpuk.
“Kalau enggak dibakar tumpukan sama bakal banyak lagi. Jadi setiap hari selalu dibakar, rencananya kami mau sumbangan buat beli motor untuk pembuangan sampah,” kata dia.
Hal senada diungkapkan, Komariah (37), warga lainnya, yang meminta agar tak ada lagi orang yang membuang sampah di lokasi yang tak jauh dari rumahnya.
“Jadi warga sini buang sampah di situ, apalagi kalau sampahnya bekas pempers terus ada anjing liar yang bawanya ke atas, selain itu sering bau busuk dan orang yang buang sampah enggak mau tahu. Untungnya sampah selalu dibakar agar tidak menumpuk,” ujarnya.
Maulana Azis dan Komariah berharap tak ada lagi warga yang membuat sampah di lokasi yang bukan tempat pembuangan sampah. Mereka juga meminta pemerintah kota untuk kembali menyediakan petugas sokli untuk mengangkut sampah warga.
“Walau ada petugas sokli, tapi kalau tidak diambil setiap hari warga masih buang sampah di sini. Jadi minimal seminggu tiga kali perlu diangkut. Kami sudah mengajukan ke Ketua RT dan kelurahan tapi hingga sekarang belum ada petugas pengganti,” ungkapnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com