Jejamo.com – Sejumlah ilmuwan mengaku berhasil menemukan cara untuk mengontrol pigmentasi kulit. Penemuan tersebut diklaim akan mempengaruhi proses pemutihan atau penggelapan kulit secara aman di masa depan.
Para ilmuwan mengungkap dua reseptor tingkat sel yang diduga kuat mengendalikan proses tersebut, yang disebut dengan melanocytes. Warna kulit kita dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron, dua jenis hormon seks perempuan. Estrogen menggelapkan kulit, sedangkan progesteron mencerahkan.
Selain itu, ada dua molekul yang mirip dengan estrogen dan progesteron yang bisa mengaktifkan reseptor tersebut untuk merangsang penggelapan dan pencerahan kulit tanpa merangsang perubahan pada bagian tubuh lain, yang normalnya dikaitkan dengan kedua hormon itu.
Mereka mengaku telah menemukan Krim yang mengandung dua molekul ini. Suatu hari nanti, krim ini akan dapat membantu orang-orang yang menderita kondisi tertentu sehingga warna kulitnya tidak rata. Misalnya saja penyakit vitiligo, penyakit autoimun yang membuat sebagian kulit kehilangan kemampuannya membuat melamin.
Krim ini nantinya juga bisa dipakai dalam kosmetik, atau untuk mereka yang ingin mencerahkan atau menggelapkan kulit tanpa harus terpapar sinar matahari atau alat tanning.
Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan fenomena yang telah diamati selama puluhan tahun, yaitu kulit wanita cenderung berubah selama kehamilan.
Ilmuwan modern telah mengaitkan perubahan pigmen dengan hormon seks. Terlebih lagi, salah satu efek samping dari penggunaan krim estrogen adalah kulit yang makin hitam.
Namun, bagaimana persisnya hormon seks ini berpengaruh pada pigmentasi kulit masih jadi pertanyaan sejak lama. Baru kini dipahami setelah ditemukannya dua reseptor hormon estrogen dan progesteron tersebut.(*)
Kompas.com