Jejamo.com, Pesawaran – Pascatsunami, para pemilik usaha penyewaan kapal dan ban dalam mobil untuk renang di Pantai Mutun, Kabupaten Pesawaran mengeluh karena tidak ada pendapatan dari pengunjung.
Saripudin (50), salah seorang pemilik usaha penyewaan kapal dan ban, mengaku selama satu minggu ini tidak ada penghasilan dari usaha penyewaan kapal untuk menyeberangkan pengunjung menuju ke Pulau Tangkil.
“Pascatsunami itulah di sini sudah mulai sepi. Bahkan tahun baru saja sepi, padahal biasanya satu hari sebelum tahun baru di sini ramai. Mungkin pengunjung masih takut liburan ke pantai,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Kamis, (3/1/2019).
Saripudin mengungkapkan, sebelum adanya peristiwa tsunami, ia bersama penyewaan kapal lainya mampu meraup keuntungan mencapai ratusan ribu rupiah setiap harinya.
“Kalau libur panjang atau habis tahun baru biasanya seminggu saya dapat uang paling kecil saja Rp700 ribu sampai Rp1 juta lebih. Tapi kalau sekarang paling Rp50 sampai Rp60 ribu cukup buat makan saja dan itu juga sebagian masih hutang di warung,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pengunjung yang ingin menyeberang ke Pulau Tangkil menggunakan kapal dikenakan biaya Rp20 ribu sampai Rp.25 ribu per orang.
“Untuk ban sewanya cuma Rp10 ribu. Tapi sekarang sedang sepi karena nggak ada pengunjung. Ada pengunjung dari Pelembang dan Jakarta tapi hanya beberapa orang saja,” keluhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Rohadi (42), pemilik usaha penyewaan kapal lainnya. Ia mengeluh tidak memiliki penghasilan lagi selain dari menyewakan kapal ke pengunjung.
“Sepi banget sekarang, biasanya kalau belum ada tsunami, pantai Mutun ini setiap pagi ramai pengunjung yang mau terapi meredam di air laut. Sekarang untuk memenuhi kebutuhan keluarga makan dengan seadanya,” pungkasnya. [Andi Apriyadi]