BANYAK pakar menyampaikan analisis bahwa jika musibah covid 19 ini berakhir, dunia khususnya Indonesia akan menghadapi tantangan selanjutnya, yaitu resesi ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghitung ekonomi Indonesia tahun ini akan tertekan hebat.
“Pertumbuhannya bisa mencapai 2,5% bahkan sampai 0%,” katanya di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Tentu hal ini semakin memperkuat analisis bahwa keterpurukan ekonomi akibat virus corona tak terbendung lagi.
Tentu dampak dari resesi ekonomi ini akan dialami banyak pelaku usaha dan pekerja.
Dari mulai pengusaha level menengah hingga pelaku UMKM akan terdampak oleh kondisi ini.
Namun di tengah tantangan yang akan kita hadapi ini, tentu peluang untuk berhasil keluar dari krisis tetap terbuka.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat mendapatkan kiriman slide dan video yang cukup menarik untuk dikaji dan tentunya bisa diterapkan pasca pandemi ini berakhir.
Slide dan video yang saya terima banyak membahas tentang strategi melindungi UMKM serta produk dan jenis usaha apa saja yang tetap bisa bertahan, bahkan bisa bangkit jika musibah ini berakhir
Kenapa UMKM harus segera dilindungi.
Membaca tulisan bung Taufik Amrullah tentang Gerakan Bangkitkan UMKM (GBU) Ternyata UMKM ini vital dan strategis, karena ia merupakan sektor ekonomi informal telah menyelamatkan lebih dari 70 juta tenaga kerja yang tidak terserap ke sektor formal.
UMKM adalah primadona pada masa krisis moneter 1998
Dari slide, beberapa tulisan dan video yang saya sempat baca dan tonton, ada beberapa gagasan yang muncul, dan harapannya hal tersebut bisa menjadi alternarif program yang bisa segera diterapkan oleh para pemangku kebijakan yang ada di 34 Provinsi dan 514an Kabupaten / Kota di Indonesia.
Harapannya tentu program inipun bisa mendapatkan support kongkrit dari Pemerintah Pusat lewat kementerian terkait.
Beberapa gagasan yang kami tawarkan untuk melindungi, membangkitkan UMKM pasca pandemi ini berakhir adalah sebagai berikut :
Pertama, Pendataan UMKM.
Khususnya UMKM yang terdampak dari kondisi ini.
Hal ini kenapa pertama sekali dilakukan, tentu agar kita benar – benar mendapatkan data real dan objektif terkait dengan jumlah dan jenis usaha yang terdampak.
Bila data ini valid, kita akan mendapatkan jumlah real secara kuantitas, berapa sebenarnya pelaku usaha termasuk jumlah pekerjanya yang terdampak akan kondisi ini.
Di samping itu kita pun akan mendapatkan data produk serta jenis usaha apa saja yang mengalami keterpurukan.
Kedua, ” UMKM Center”
Ini adalah konsep pembangunan pusat informasi, pembinaan dan pasar saham UMKM.
Di UMKM center, para pelaku UMKM, calon investor, pemangku kebijakan bisa berkumpul, berdiskusi serta melakukan analisis dan presentasi bisnis.
Di sini masyarakat sebagai konsumen dari produk UMKM bisa datang untuk sekedar mencari info produk sampai pada menjadi pemilik saham UMKM meskipun dalam skala kecil.
Pihak pengelola akan membuat jadwal dan program berkelanjutan yang berorientasi pada pembinaan, optimalisasi jaringan investor dan tentunya program promosi produk berbasia IT
Contoh sederhana, di UMKM center setiap hari dilakukan penjadwalan presentasi prospektus bisnis. Di mana para pelaku usaha akan mempresentasikan keunggulan serta prospek pengembangan usahanya di hadapan para calon investor. Ini semua terkelola dengan sistem bursa saham UMKM.
Nilai investasinya pun dibuat seminimalis mungkin, namun tetap terukur dan tentunya prinsip-prinsip transparasi dikedepankan. Itu mengapa sistemnya harus dibuat online sehingga bisa selalu dipantau.
Saya membayangkan bila pola ini berjalan. Maka kita sebagai konsumen pun bisa menjadi investor (pemilik saham) dari beberapa usaha yang ada di daerah kita.
Semangat membeli, membela serta memiliki saham akan menjadi spirit dari program ini.
Ketiga, Minimarket offline dan online khusus UMKM
Ini adalah sebuah minimarket lokal yang dibangun oleh pemerintah daerah dan dikelola oleh BUMD. Pengelolaannya secara offline dan online.
Minimarket ini, targetnya bisa dibangun di tiap desa/kelurahan. Di Minimarket UMKM, minimal 60 % produk yang dipasarkan tentunya merupakan produk lokal yang diproduksi oleh jaringan UMKM yang ada di daerah tersebut.
Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kultur masyarakat (calon konsumen) yang sudah terbiasa dengan budaya belanja online, tentu saja aplikasi minimarket UMKM berbasis android harus juga dioptimalkan.
Di aplikasi ini ke depan bukan hanya belanja kebutuhan pokok yang bisa dilakukan, namun masyarakat yang akan membayar tagihan listrik, air membeli pulsa paket data dan kebutuhan lainnya bisa dilakukan via aplikasi ini.
Hal ini tentu saja selain mempermudah pelaku usaha dan masyarakat pengguna. Pemerintah daerah tentu saja akan mendapatkan tambahan PAD ketika program ini bisa diterapkan.
Pertanyaannya, dari mana dana untuk membangun minimarket ini ?
Tentu saja dengan alokasi APBD, kepemilikan saham pelaku usaha dan masyarakat serta melibatkan dana-dana CSR dari perusahan dan lembaga yang ada di masing-masing daerah.
Tapi tetap, bila dipresentasikan saham BUMD harus lebih besar, minimal 51% dari total nilai saham yang ada.
Akhirnya, semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk tetap optimis dalam menghadapi apapun tantangan yang akan kita hadapi ke depan.
Yang pasti gelombang resesi ekonomi adalah analisa yang logis dan memang patut menjadi perhatian semua pihak.
Untuk sukses menghadapi tantangan tersebut, butuh semangat bela negara serta kerja sama dari seluruh komponen yang ada. Ingat badai pasti berlalu. []
(Penulis adalah Sekretaris DPW Partai Gelora Lampung)