TAHUN depan warga ber-KTP Bandar Lampung nyoblos lagi. Yang hendak dipilih adalah wali kota dan wakil wali kota.
Soal siapa yang hendak maju kita belum tahu. Paling tidak akhir tahun ini baru terbaca agak jelas siapa saja bakal calon yang mau maju.
Pemilu legislatif dan pemilu presiden pada 17 April lalu menjadi pelajaran penting dalam konteks partisipasi pemilih. Nilainya yang mencapai 88 persen, jauh di atas target 77,5 persen menjadi investasi mahal supaya angka serupa bisa ditangguk pada Pilkada tahun depan.
Namun, tentu tak sama membandingkan pemilu legislatif, pemilu presiden dengan pilkada Bandar Lampung. Dengan caleg yang banyak, saudara-saudara mereka 90 persen mencoblos.
Pun demikian dengan pemilihan presiden yang gaungnya menasional dan kandidatnya dikenal dengan luas.
Yang menjadi pekerjaan rumah KPU Bandar Lampung adalah menjaga suara partisipasi pemilih agar tetap tinggi. Bisa sama dengan target pemilu yang 77,5 persen saja sudah lumayan.
P
ertanyaan penting kita, bagaimana strategi yang bagus adalah warga mau mencoblos dan tidak golput.
Pertama, memberikan edukasi bahwa pemilihan wali kota dan wakil wali kota adalah wujud tanggung jawab terhadap masa depan kota ini.
Ini penting disampaikan, sama seperti saat pemilu lalu bahwa peran legislator di parlemen itu urgen. Mereka yang membuat regulasi, mereka yang mengatur anggaran, mereka pula yang memberikan kontrol kepada ekskutif.
Kini, penjelasannya ditambah, bahwa kepala daerah adalah representasi kota ini. Baik buruknya kinerja wali kota menjadi cerminan kota ini.
Maju-mundurnya kota ini, tertib-tidaknya kota ini, aman-tidaknya kota ini, dan sejahtera-tidaknya warga kota ini, juga tanggung jawab wali kotanya.
Maka itu, penting bagi warga datang ke TPS dan mencoblos. Sebelumnya, mereka mesti mengetahui dengan baik siapa saja yang menjadi kandidat dan apa saja program mereka. Plus, bagaimana rekam jejak selama ini.
Kedua, mendorong publik punya kriteria jelas untuk wali kota dan wakilnya.
Karena yang menjadi pemilih itu masyarakat sipil, kita mesti mendorong warga punya kriteria pemimpin macam apa yang dibutuhkan Bandar Lampung. Kriteria dibikin jelas bin terang. Tidak absurd alias mengawang-awang. Bikin yang simpel, jelas, dan orang langsung paham.
Misalnya, warga Bandar Lampung ingin punya wali kota yang bisa menginisiasi usaha kreatif bagi 10 ribu warga. Warga Bandar Lampung ingin punya wali kota yang bisa menjamin ketersediaan air bersih dengan menata regulasi soal tata ruang dan daerah resapan air.
Atau bisa juga, warga Bandar Lampung ingin wali kota yang bisa menata lalu lintas dengan baik dan minim kemacetan serta menyediakan transportasi publik yang murah, ramah, dan 24 jam.
Dengan mendorong publik mempunyai kriteria, masyarakat sipil kita akan semangat mencari sososk ideal itu. Andaipun tak ada, mereka bisa titip itu kepada kandidat yang barangkali mendekati keinginan mereka.
Mendekatkan publik dengan kandidat ini penting, meskipun secara emosional. Setidaknya kita memelihara harapan. Apatah lagi yang hendak diharap jika harapan pun publik kita tidak mempunyainya.
Ketiga, warnai jagat media sosial dengan isu-isu perkotaan dan plus-minus pembangunan selama ini.
Warganet atau netizen yang baik bisa menolong publik agar punya kepedulian dengan pilkada tahun depan. Caranya adalah dengan secara terus-menerus mewartakan dalam blog, status Facebook, postingan narasi di Facebook, foto dan caption di Instagram, dan informasi terbaru di status WhatsApp soal kota ini.
Ini penting agar sejak sekarang orang Bandar Lampung tahu tahun depan ada pilkada. Juga supaya orang Bandar Lampung tahu apa saja masalah yang ada di kota ini dan progres pembangunan selama ini.
Memuji dan mengkritik silakan saja. Justru dari situlah kita mengetahui kota ini masih banyak masalah.
Sampah misalnya. Sampah di jantung kota mungkin tak kasatmata. Tapi sampah di sungai-sungai saban hari dilempar warga yang enggan bayar Sokli. Sampah di wilayah pesisir, hampir semua kita maklum sudah menumpuk dan mengotori pantai dan taman.
Sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung juga demikian. Kabarnya, kapasitas tampungnya tinggal 10 tahun.
Soal air bersih dan lingkungan juga mengemuka. Bandar Lampung punya masalah di situ. Beberapa titik di kota ini sudah kering air bersih. Daerah resapan air juga memprihatinkan karena di ambang perubahan bentang alamnya.
Yang begini-begini, oleh media massa saban waktu diungkap, diliput, direportase, dan menjadi trending topic.
Namun, warganet penting juga “mengipas-ngipasi’ ini sehingga terus menjadi perbincangan warga. Isu-isu soal kota ini juga menjadi instrumen membangun kesadaran warga bahwa Pilkada Bandar Lampung itu penting. Penting punya pemimpin yang visi dan misinya jelas, simpel, terukur, dan masuk akal dikerjakan.
Dunia jagat maya dalam konteks politik sekarang memang penting. Dari sinilah kita bisa menjangkau banyak orang tanpa perlu bertatap muka secara langsung.
Warganet yang baik dan punya kepedulian bisa mengunggah banyak konten positif ajakan agar publik mau peduli dan memilih.
KPU Bandar Lampung penting untuk bersinergi dengan semua netizen agar kesadaran mau memilih ini menjadi kesadaran kolektif. Kita mesti menjelaskan bahwa ini penting untuk masa depan kita.
Rasanya, konsep relawan demokrasi yang sukses besar pada pemilu dan pilpres lalu, bisa diteruskan untuk pilkada mendatang.
Yang jelas, agar informasi ini masif, konten yang diunggah mesti banyak, kontinu, dan dikreasikan dengan baik. Dengan begitu, isu soal pilkada ini item-nya bisa macam-macam.
Tidak melulu satu sisi, tapi dari beragam sisi. Bisa dalam bentuk flyer yang menarik atau video yang ciamik. Tidak perlu menyebut nama kandidat tapi lebih pada urgensi masa depan kota ini.
Kalau mau disebut ada kekurangan barangkali karena publik kita tidak ada yang memimpin.
Tidak ada tokoh yang mampu menjadi pemimpin masyarakat sipil sehingga punya kepedulian. Tidak adanya motor di ranah media sosial dan ranah dunia nyata yang menjadi pemimpin di luar konteks kepemimpinan struktural pemerintahan.
Tapi, mungkin juga, kalaupun ada, ya dia yang bakal menangguk banyak keuntungan karena mungkin punya motif politik juga untuk maju.
Solusi yang memungkinkan adalah bekerja sama dengan beragam komunitas agar warga Bandar Lampung punya kepedulian terhadap masa depan kota.
Wujudnya, warga kota ini mau memilih pada pilkada tahun depan.
Setiap komunitas bisa membuat konten atau program yang dikerjakan bareng. Beragam tujuan dengan pesan bahwa tahun depan ada pilkada dan jangan golput. Pesan bahwa masa depan kota ini ya bergantung warga kotanya sendiri.
Kalau ini menjadi publikasi yang masif di media sosial milik warganet, percayalah, imbasnya pasti ada. Isu ini akan terus-menerus dibicarakan publik. Dengan begitu, ada semacam pengetahuan kolektif, syukur-syukur bisa menjadi kesadaran bersama untuk berjuang membawa kota ini lebih maju.
Dan jangan lupa, jika kandidat sudah pasti dengan partai masing-masing atau mungkin ada yang dari jalur independen, tak apa membuka diri untuk berdialog.
Sampaikan unek-unek yang selama ini tumpah ruah di media sosial. Sampaikan apa keinginan segenap warga kota yang tercermin dari isu-isu yang berserakan di media sosial.
Akses langsung kepada para kandidat, yang ditaja atau disponsori komunitas warganet, akan memberikan pakta politik yang mengikat secara emosional dan sosial. Suruh para kandidat itu meneken titipan publik untuk masa depan kota ini.
Hubungi semua jurnalis saat acara. Kalau sudah begitu, makin banyak orang yang peduli dengan pilkada dan masa depan kota.
Sudah saatnya, “serbuan udara” warganet berkenaan dengan pilkada dan masa depan kota ini, juga menjadi “serangan darat” .
Dengan begitu, ide yang ada di pikiran bisa mengejawantah dalam bentuk gagasan tertulis dan bersentuhan langsung dengan realitas kita.
Ini penting sehingga interaksi cerdas di media sosial, juga mewujud dalam dialog cerdas dalam ranah tatap muka.
Semakin banyak dari kita yang peduli, semakin bagus. Sebaran informasi soal pilkada dan masa depan kota ini juga makin masif.
Kita ingin sejak sekarang, warga kota mulai bincang-bincang soal pilkada, ngobrol soal poin apa yang mesti dibenahi, poin apa yang mesti ditingkatkan, dan hal apa yang idealnya menjadi ikon dan keunggulan kota ini. []
(Adian Saputra adalah Pemimpin Redaksi Jejamo.com dan gomuslim.co.id serta dosen jurnalistik di UIN Raden Intan Lampung. Tulisan disajikan pada Diskusi Publik KPU Bandar Lampung di Hotel Aston, Kamis, 8 Agustus 2019)