Jejamo.com, Bandar Lampung – Mitra Bentala sebuah lembaga sosial masyarakat dan lingkungan, nonprofit, dan independen sejak berdiri pada tanggal 9 April 1995, telah menjalankan aktivitasnya selama 23 tahun.
Banyak hal yang telah dilakukan selama perjalanannya baik dalam proses pendampingan masyarakat, mendorong sebuah regulasi dan pemulihan lingkungan khususnya wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil.
Dalam kurun tersebut, tidak semua yang dilakukan dalam beraktivitas berjalan lancar, akan tetapi tantangan dan hambatan sering dihadapi untuk melakukan sebuah perubahan.
Direktur Eksekutif Mitra Bentala Mashabi kepada jejamo.com, Jumat, 20/4/2018, mengatakan, penyelamatan lingkungan harus terus dilakukan oleh semuah pihak, tidak boleh berhenti untuk bertindak.
Pengamatan Mitra Bentala saat ini, bumi terus terancam terjadinya degradasi lingkungan teriring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia.
“Untuk itu semua harus bertindak untuk meminimalisasikan terjadinya kerusakan lingkungan tersebut dengan berprespektif pembangunan yang berkelanjutan di era milenial ini,” ujar Mashabi.
Kata dia, tindakan nyata dengan cara apa pun untuk penyelamatan lingkungan harus terus digaungkan.
“Masih dalam suasana HUT ke-23, Mitra Bentala akan melakukan rangkaian kegiatan selama April,” ujarnya.
Mashabi menuturkan, pihaknya akan melakukan penanaman 1.000 mangrove di pesisir Desa Gebang, Pesawaran dalam rangka Hari Bumi Sedunia bersama Universitas Islam Negeri Lampung pada 22 April 2018.
Kemudian, apel Lingkungan di Taman Kehati BatuPutu Bandar Lampung pada 24 April 2018.
“Ada juga dialog publik bersama cagub dan cawagub Lampung dengan tema lingkungan pada 25 April 2018,” ujarnya.
Mashabi menambahkan, pihaknya juga mengadakan dialog di media dengan tema ”Bertindak untuk Penyelamatan Lingkungan” yang dilakukan sejak awal April 2018.
“Kami berharap semua pihak bergerak dan bertindak bersama-sama dalam penyelamatan lingkungan, khususnya untuk Lampung,” ujarnya.(*)
Laporan Esha Enanda, Wartawan Jejamo.com