Jejamo.com, Tanggamus – Banjir yang menerjang Pekon Umbar Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus menyisakan kisah duka. Hujan deras yang mengguyur selama sepuluh hari berturut-turut membuat Sungai Umbar meluap.
Menurut Pak Samin,warga Dusun Sukajadi Pekon Umbar, pada pukul 22.00 wib air sudah mulai naik, namun beberapa saat air mulai surut.
Melihat kondisi mulai normal, dirinya bersama keluarga melanjutkan tidur. Namun anak-anaknya langsung membangunkan tidur lelapnya. Saat itu air kedua datang lebih besar sampai menyeret rumahnya.
“Bangun tidur air sudah tinggi, kemudian datang air kedua yang lebih besar, kami menyelamatkan diri ketempat yang tinggi,” ucapnya ketika ditemui Relawan Emergency Responce ACT Lampung.
Dusun yang terletak tepat disamping Sungai Umbar ini dihuni sedikitnya 74 kepala keluarga. Menurut pengakuan warga sekitar, ada 14 rumah yang ikut terseret air. Dusun Sukajadi merupakan pintu masuk menuju dusun-dusun yang lain.
Pada Jumat (09/11) Tim Emergency Responce ACT Lampung yang terdiri dari perwakilan Komunitas Grabbike Pesawaran Lampung (GPL) dan Himpunan Mahasiswa Kelumbayan (HIMKA) UIN Radin Intan Lampung menembus titik terdampak banjir.
Tim harus melewati jalan tanah yang sangat licin akibat longsoran dan pohon tumbang. Sesekali pengemudi membersihkan kaca mobil karena terhalang lumpur.
Pepohonan hijau terbentang sepanjang rute yang dilewati membuat energi terus bertambah ditengah kondisi serba terbatas.
Setelah berhasil menembus Dusun Sukajadi, Tim Emergency Responce langsung menemui Ibu Surtinah. Perempuan berusia 39 tahun ini sangat syok menyaksikan rumah saling bertumbukan.
Dalam kondisi panik tersebut, dirinya berusaha menyelamatkan anak-anak dengan menggendong kedataran tinggi.
“Rumah masuk kedalam rumah, itu yang terjadi saat gelap gulita. Anak-anak pada nangis berlari menyelamatkan diri. Kalau rumah udah keseret air entah kemana,” kisahnya sembari mengumpulkan sisa barang yang berceceran.
Cerita senada juga diungkapkan Ibu Asmana, sekitar pukul 23.00 wib keluar dari kamar karena mendengar suara tak lazim. Melihat air sudah sepinggang, Ibu Asmana berlari menyelamatkan diri.
“Saya ditarik sama tetangga, sudah jangan mikirin yang lain, ayo selamatkan nyawa dulu,” ucapnya menirukan teriakan tetangganya.
Diantara kisah pilu terdapat bangunan yang masih kokoh berdiri. Masjid Nurul Hidayah yang tak jauh dari rumah Ibu Asmana masih dapat digunakan untuk beribadah. Masjid berwarna hijau tersebut hanya terkena lumpur.
Kaca jendelanya tak sedikitpun mengalami keretakan. Kubah dibagian atas masih berada pada posisi semula. Kini masyarakat banyak yang menaruh sisa barang seperti alat masak, piring dan ember di sekitar masjid.
Harapan untuk bangkit kembali diutarakan Bapak Efendi. Dirinya bersyukur sejak kejadian banjir ada tetangga yang bermurah hati mengantar makanan.
Namun bantuan swadaya tersebut sulit menyentuh semua warga terdampak, terlebih Dusun Lubuk Kejung, Boloran Tupak, Sabar dan Tanjung Iman terletak jauh dari Dusun Sukajaya.
Untuk menembus keempat dusun tersebut harus melewati Sungai Umbar. Jembatan yang biasa dilalui warga ikut hanyut diterjang banjir.
Untuk itu Tim Emergecy Responce segera mendirikan Posko Kemanusiaan dan Dapur Umum.
Menurut Kepala Cabang ACT Lampung, Dian Eka Darma Wahyuni, Posko kemanusiaan akan didirikan di Dusun Sukajaya Pekon Umbar, tepatnya dirumah relawan Apri Wasa. Pemilihan Dusun Sukajaya karena mudahnya akses dari berbagai rute.
Selain itu tiga dapur umum menjadi prioritas aksi mulai Senin (12/11). Rencananya Tim akan berangkat membawa bantuan logistik sembako, pakaian dan kebutuhan warga terdampak lainya.
Dirinya berharap dengan kehadiran Posko Kemanusiaan dan Dapur Umum akan meringankan beban warga terdampak banjir.
“Prioritas sekarang mendirikan Posko Kemanusiaan, Dapur Umum dan memberikan pendampingan psikososial untuk anak-anak yang menyaksikan langsung banjir bandang. Semoga masyarakat Lampung mau bergotong royong meringankan beban mereka,” paparnya.
Menurut data terkini yang dihimpun sedikitnya 1 orang korban meninggal dunia, 22 rumah terseret, 38 rumah rusak berat dan 5 kecamatan terdampak. [Hermawan Wahyu Saputra]