Jejamo.com, Tanggamus– Pembuatan Kopi Beloe membutuhkan proses yang cukup panjang. Untuk dapat menikmati kopi asal Pekon Sukamaju, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, ini membutuhkan waktu kurang lebih hampir satu minggu.
Kukuh Diki Prasetia, pemilik Kopi Beloe, menjelaskan, biji kopi yang diambil dari para petani merupakan biji kopi pilihan yang sudah berwarna merah atau siap panen. Selanjutnya, biji kopi dijemur selama satu minggu.
“Penjemuran itu dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat kepada biji kopi. Kami sengaja mengambil biji kopi warna merah karena memiliki ciri khas tersendiri,” ujarnya, Minggu, (24/2/2019).
Biji kopi yang telah dijemur, lanjut Kukuh, selanjutnya dikupas kulitnya secara manual dan rendam kembali selama beberapa menggunakan air guna membersihkan kotorannya.
“Setelah dijemur lagi, kalau sudah kadar airnya turun atau sudah kering. Maka biji kopi siap diproses,” paparnya.
Untuk dapat menikmati Kopi Beloe, biji kopi dimasukkan ke dalam mesin Rosting penyangrai atau mesin pemanggang.
Menurut Kukuh, memanggang biji kopi menggunakan mesin Rosting penyangrai akan merata, berbeda dengan cara manual yang tidak merata.
“Mesin Rosting yang memakai tenaga listrik dan gas berkapasitas 2,5 kilogram biji kopi serta dapat mengurangi kadar air sekitar 12 persen. Tapi sebelumnya mesin dipanaskan dulu hingga 200 derajat celsius,” terangnya.
“Setelah mesin mulai panas, kemudian biji kopi dimasukan ke dalam mesin dengan target waktu 15 menit tapi setiap beberapa menit kopi cek terus. Lalu biji kopi masih jadi rosbind didinginkan semalaman. Setelah dua hari aroma kopi baru keluar dan bisa dinikmati,” lanjutnya.
Dia menambahkan, sebelum dinikmati biji kopi yang sudah disangrai digiling terlebih dahulu menggunakan blender untuk menghasilkan bubuk kopi.
“Kopi sudah bisa langsung dinikmati. Tergantung permintaan konsumen ingin menikmati kopi seperti apa,” tandasnya. [Andi Apriyadi]