Jejamo.com, Tanggamus – Kukuh Diki Prasetia (27) merupakan penguasa muda yang menekuni usaha di bidang kopi. Alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan keperawatan ini membuka industri kopi rumah tangga sejak 2013 silam.
Kukuh mendapat ide awalnya membuka usaha kopi selama ia bersama seorang temannya menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
“Awalnya itu dari musyawarah ikatan mahasiswa pelajar yang ada di Yogyakarta. Waktu itu saya dan Aris Iskadar warga Lampung Timur memperhatikan kenapa nggak ada yang ditujukan khas Lampung di sini,” ujarnya, Minggu, (24/2/2019).
Kukuh menjelaskan, kemudian ia bersama rekannya memulai mencari dan mempelajari tentang kopi. Bagaimana membuat cara mengelola kopi yang baik dan benar.
“Lalu kami berdua memulainya sejak 2013 lalu. Kami ingin mengangkat kopi robusta Lampung khususnya d itempat tinggal saya di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus,” jelasnya.
Lanjut Kukuh, setelah beberapa tahun akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke tempat kelahirannya di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus.
“Tahun 2015 saya memutuskan pulang kampung. Beberapa bulan kemudian mulai melakukan edukasi kepada petani kopi dam masyarakat sekitar,” kata dia.
Sebelumnya Kukuh mengaku sempat mengalami kesulitan karena petani dan warga belum terbiasa cara memproses kopi dengan baik itu seperti apa.
“Saat edukasi, saya juga melibatkan pemuda setempat meperkenalkan kopi yang baik itu seperti apa kepada masyarakat dan petani kopi,” terangnya.
“Dengan penuh kesabaran, perlahan-lahan mereka akhirnya mulai mengerti bagaimana membuat kopi itu sebenarnya,” lanjutnya.
Ia mengatakan, setelah petani kopi mulai mengerti, ia menciptakan mere kopi yang diberi nama Kopi Beloe yang diambil dari tempat kelahirannya Kecamatan Ulubelu.
“Saya menekuni bisnis kopi kemauan sendiri dan menambah nilai ekonomi masyarakat Ulubelu serta melanjutkan usaha orangtua yang memiliki kebun kopi di sini,” katanya.
Dia menambahkan, untuk saat ini pemasaran Kopi Beloe fokus di Kota Bandar Lampung. Karena sudah ada beberapa kedai menjual kopi bekerja sama dengan kopi buatannya.
“Kemungkinan ke depan kami akan mencoba robusta ini baik dan rasa pun lebih baik serta merubah stigma kopi Lampung itu pahit. Robusta itu bisa naik kelas juga. Kalau untuk harga pembungkus masih terjangkau,” tandasnya. [Andi Apriyadi]