Mendapatkan amanah untuk bekerja demi menyejahterakan rakyat Lampung itu butuh target yang terukur. Mengapa demikian? Sebab, bujet yang ada jika dibandingkan dengan kebutuhan di lapangan ada jarak yang lumayan jauh. Maka itu, kami mesti memprioritaskan pada Item-item yang paling memungkinkan dilakukan.
Kami tidak ingin memaksakan mesti mendesain program yang wah dan mercusuar tapi tidak begitu dibutuhkan rakyat. Sebab itulah, pada poin-poin yang urgen, kami priortaskan.
Misalnya pertanian. Ini menjadi ladang nafkah mayoritas masyarakat kita di pedesaan. Dari mereka inilah nasi yang kita makan sehari-hari bisa kita dapatkan. Dari petanilah Lampung bisa memproduksi jagung, palawija, dan jenis tanaman lain yang menopang kebutuhan nasional.
Dari sini kemudian kami memberikan titik tekan bahwa petani mesti dijadikan subjek pembangunan yang utama. Itulah sebabnya irigasi kami benahi semua. Karena dari irigasi inilah tekad kami untuk intensifikasi bisa direalisaiskan.
Dari sinilah kemudian petani mendapatkan nilai tambah. Dan karena mereka mendapatkan keuntungan signifikan, lahan yang di banyak daerah sudah berubah menjadi permukiman bisa diselamatkan. Kita tidak bisa mencegah jika para pahlawan negara itu menjual lahannya.
Namun, jika kami bisa membantu mereka mendapatkan nilai tambah dari lahan sawahnya, peluang untuk berubah wujud bisa ditekan. Pendeknya, kami ingin memberikan nilai tambah itu kepada mereka.
Target yang terukur semacam itu menjadi penting. Sebab dari sinilah kita bisa menjadikan itu tolok ukur keberhasilan.
Bujet yang ada tidak akan pernah cukup untuk menyulap Lampung ini menjadi daerah yang Makmur. Tapi dengan anggaran yang ada kita bisa memaksimalkan Item-item yang kita fokuskan.
Termasuk juga pada ranah yang lain, infrastruktur jalan misalnya. Tahun depan, tekad kami sudah bulat dan itu sudah terukur.
Seratus persen jalan mantap. Kini angkanya sudah di atas 85 persen. Jalan yang menjadi tanggung jawab provinsi akan kami benahi sampai pada batas tanggung jawab yang kami emban.
Tidak bisa kami memaksakan untuk terlihat gagah dan hebat tapi dengan memperbanyak proyek menara gading yang kemanfaatannya kepada rakyat tidak signifikan.
Hasil pembangunan itu tidak akan mampu membohongi siapa pun. Sebab, hasilnya jelas dan nyata. Dari situ respons rakyat pun bisa kita rasakan. Bahwa ada celah ketidaksempurnaan, itu sebuah keniscayaan. Namun, karena target itu sudah terukur, kisaran keberhasilannya insya Allah mendekati paripurna.
Bekerja dengan target adalah pola kerja kami sejak awal didapuk menjadi nakhoda pembangunan provinsi ini. Dengan demikian, ada ukuran yang jelas dari program pembangunan yang dicanangkan. Dan kami masih di trek yang benar.
Jika diamsalkan dengan puasa, juga demikian. Apa target setiap muslim itu berpuasa? Yang paling standar adalah puasa sebulan penuh. Kemudian mengisinya dengan ibadah yang dianjurkan agama.
Misalnya salat tarawih, zakat, membaca Alquran, sedekah, dan sebagainya. Dari ukuran atau target itu kita bisa mengevaluasi apakah puasa kita sukses atau tidak.
Jika tercapai semua yang dicanangkan, berarti puasa kita sukses. Jika persentasenya masih 70-an persen, itu juga sukses. Jadi, jelas, target atau satuan hasil pekerjaan itu menjadi dasar mengklaim apakah kita berhasil atau belum.
Dan perjalanan tiga tahun terakhir ini kami masih meyakini berada pada rel yang benar. Ujungnya sudah kelihatan. Speed pun diatur sesuai dengan bahan bakar yang ada. Sehingga, ketika durasinya berakhir, kita sudah berada di titik finis dengan hasil yang memuaskan.(*)