Jejamo.com – Sejarah mencatat, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati untuk memberikan penghargaan kepada Ki Hadjar Dewantara sebagai pejuang pendidikan Indonesia.
Menurut Sri Muryani, Ketua Museum Dewantara Kirti Griya Yogyakarta, Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan postur tubuhnya yang kecil dan ramping. “Semasa hidup, beliau orangnya kecil tetapi memiliki jiwa yang besar,” katanya, Senin, 2/5/2016.
Menurutnya, jiwa besar itu terlihat semasa hidup Ki Hadjar Dewantara saat penjajahan Belanda. Bahkan, berbagai pengasingan karena aksinya tak membuat Ki Hadjar Dewantara tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda.
Dari literatur yang dibaca, Sri mengatakan, Ki Hadjar Dewantara merupakan sosok priyayi (bangsawan) yang tegas dan disiplin. Pemikirannya kritis pada kehidupan sosial, tak memandang keluarga bangsawan maupun rakyat jelata.
“Orangnya tegas, pemikirannya kritis, tapi lembut dalam menyampaikan ide dan gagasan kepada siapa saja. Dia tak memandang status bangsawan atau tidak, semua dianggap sama,” katanya dikutip dari okezone.com.
Permikiran beliau tentang pendidikan sangat luar biasa, memadukan konsep pembelajaran ala barat dan budaya timur, lalu mendirikan National Onderwijs Institut Tamansiswa atau Pergoeroean Nasional Tamansiswa.
Sebelum wafat pada 1958, Ki Hadjar Dewantara berpesan agar tempat tinggalnya di Tamansiswa dijadikan museum. Memenuhi keinginan beliau, pada 2 Mei 1970 Tamansiswa pun diresmikan sebagai museum.
“Museum ini yang meresmikan Nyi Hadjar Dewantara. Peresmiannya dilakukan pada 2 Mei bertepatan dengan kelahiran Ki Hadjar Dewantara,” katanya.(*)