Jejamo.com, Bandar Lampung – Kekerasan dan konflik sosial adalah salah satu permasalahan yang kerap muncul di daerah perkotaan maupun pedesaan. Keadaan ini menjadi pemicu terjadinya aksi tawuran yang dilakukan oleh masyarakat terutama para pemuda dan pelajar.
Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui Asisten Deputi Peningkatan Iptek dan Imtak Pemuda, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, berusaha menjadi lembaga pemerintah yang menginisiasi agar pemuda tidak hanya fokus kepada permasalahan yang menyebabkan terjadinya tawuran, tetapi pemuda juga harus fokus menciptakan kedamaian dan ketertiban hidup bermasyarakat.
Kegiatan Pemuda Anti Tawuran (Pantaw) bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada para pemuda akan buruknya efek tawuran. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Hamka Hendra Noer selaku Asisten Deputi Peningkatan Iptek dan Imtak Pemuda.
“Tawuran merupakan suatu aktivitas sia-sia yang tidak memiliki efek positif terhadap pembangun dan pengembangan kognisi pemuda, malah akan memberikan efek negatif yang berkepanjangan” kata dia.
Pemuda harus menjadi kader perdamaian yang selalu menyebarkan virus-virus kebaikan, ketenteraman, dan kenyamanan bagi lingkungan sekitar.
Pemerintah, kata dia, ingin hadir menjadi bagian yang akan berjalan bersama para pemuda menyambut Indonesia yang lebih baik.
Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora Faisal Abdullah menganggap bahwa tawuran pemuda dan pelajar sudah mencapai pada tahap mengkhawatirkan. Ia mengutip data Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa tawuran di Indonesia meningkat 1,1 % sepanjang tahun 2018, di mana tahun 2017 angka kasus tawuran hanya 12,9 %, tapi tahun 2018 menjadi 14%.
Data ini memperlihatkan kecendrungan meningkatnya kejadian tawuran di Indonesia.
Melalui kegiatuan ini, imbuhnya, Kemenpora ingin mencetak 1.000 kader antitawuran di Indonesia yang akan menjadi role model penyebar nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan antarpemuda, baik nilai-nilai perdamaian ini disebar secara langsung personal, maupun melalui media sosial. Demikian rilis. []