Jejamo.com – Limbah minyak goreng (jelantah) bisa diolah menjadi bahan bakar biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel pada kendaraan diyakini bisa mengurangi pencemaran lingkungan, mitigasi emisi gas rumah kaca (GRK), penciptaan sector baru ekonomi hijau dan memenuhi kewajiban blending bahan bakar untuk ketahanan dan kemandirian energy.
Cukup disayangkan, pengolahan jelantah menjadi bidiesel selalu kalah bersaing dengan minyak curah yang lebih menguntungkan. Padahal, daur ulang jelantah menjadi minyak goring curah akan meningkatkan zat-zat penyebab hipertensi, kolesterol, dan kanker di dalam tubuh.
“Larangan tegas penjualan jelantah sebagai bahan olah makanan akan menyetop bahaya kesehatan dan lingkungannya,” jelas Damantoro, peneliti senior dari Institut Studi Transportasi (Instran) dikutip dari Okezone.com.
Jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serius mengembangkan biodiesel dari minyak jelantah akan bisa menurunkan pencemaran udara dan emisi GRK.
“Karena jumlah jelantah yang sangat besar, pengembangan dan penggunaan biodiesel jelantah akan jadi kontribusi signifikan terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK Jakarta yang dipatok 30 persen di 2030,” ujar Rizka Eliza, program officer United Kingdom Climate Change Unit.(*)