Jejamo.com, Bandar Lampung – Selama 2015, beberapa tokoh Lampung wafat. Jejamo.com merangkumnya beberapa untuk pembaca.
Abbas Hadisunyoto
Mantan Ketua DPRD Lampung 1999-2002 yang juga politikus kawakan PDI Perjuangan Abbas Hadisunyoto meninggal dunia pada usia 76 tahun, Sabtu, 14 Februari 2015, di Rumah Sakit Urip Sumoharjo.
Rumah duka di Jalan Griya Taruna Nomor 2 Way Halim Permai, Bandar Lampung. Almarhum Abbas meninggalkan seorang istri, Hj. Sukartinah, dan 7 anak: Agus, Bahtera Kurniawan, Chandra, Rina, Ita, Faisal, dan Gigih. Almarhum memiliki 6 cucu dan seorang cicit.
Jenazah Abbas dikebumikan di tempat permakaman umum Way Halim Permai, Jalan Ki Maja. Abbas lahir di Pagelaran, Pringsewu, 2 Juli 1938. Ia adalah tokoh PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPRD Lampung periode 1999 hingga 2002.
Semasa Abbas menjadi ketua DPRD, dilaksanakan pemilihan gubernur yang dimenangkan Alzier Dianis Thabranie. Namun, Alzier urung dilantik.
Prio Budi Utomo
Calon Wakil Bupati Lampung Timur yang juga kader PKS Prio Budi Utomo meninggal dunia, Rabu, 4 November 2015. Prio wafat di Rumah Sakit Urip Simoharjo Bandar Lampung akibat penyakit diabetes melitus yang dideritanya.
Meninggalnya Prio membuat pencalonan pasangan Erwin-Prio gugur mengikuti Pilkada Lampung Timur. Hanya dua pasangan yang kemudian mengikuti Pilkada setempat. Hasilnya, Chusnunia Chalim-Zaiful Bokhari menjadi pemenang. Keanggotaan Prio di DPRD Lampung digantikan Murdiansyah Mulkan.
Thabranie Daud
Mantan Wali Kota Bandar Lampung (dahulu Tanjungkarang-Telukbetung) periode 1969-1976 Thabranie Daud meninggal dunia pada Minggu dini hari, 18 Oktober 2015. Ayah kandung tokoh politik Alzier Dianis Thabranie ini meninggal di rumahnya Jalan Ir Djuanda, Pahoman, Bandar Lampung, samping SD Negeri 2 Bandar Lampung (SD Teladan).
Thabranie Daud lahir pada 1927di Way Lima, Pesawaran, dan merupakan wali kota keempat selama sejarah Kota Bandar Lampung yang dahulu berstatus kotamadya.
Semasa hidup, Thabranie aktif dalam organisasi massa Islam: Nahdlatul Ulama. Ia juga kepala pertama SMAN 2 Tanjungkarang yang kini bernama SMAN 2 Bandar Lampung.
Nur Almah
Hj Nur Almah, ibunda tokoh Golkar Lampung, Alzier Dianis Thabranie, wafat pada Senin sore, 16 November 2015, pukul 18.00, di Rumah Sakit Graha Husada. Buat keluarga besar Alzier, meninggalnya sang ibunda hanya berselisih beberapa minggu dari wafatnya ayahandanya, Thabranie Daud, Wali Kota keempat Bandar Lampung pada 18 Oktober 2015.
Nur Almah dimakamkan di permakaman keluarga di Desa Pampangan, Way Lima, Pesawaran. Di tempat ini pula, suaminya, Thabranie Daud, dikebumikan.
Prof Khaidir Anwar
Guru besar ilmu hukum Universitas Lampung Prof Dr Khaidir Anwar wafat pada Rabu, 11 November 2015. Adik kandung mantan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP ini sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta selama tiga minggu akibat penyakit jantung dan komplikasi ginjal.
Almarhum dikenal sebagai sosok yang sederhana. Ia mengabdikan hidupnya untuk pendidikan hingga mendapat gelar profesor.
Sjachroedin menuturkan, adik bungsunya itu merupakan pribadi sangat dekat dengan keluarga. “Adik saya ini beda dengan yang lainnya, dia simpel,” turutnya.
Alfian Husin
Kamis, 10 Desember 2015, pendiri IBI Darmajaya, Alfian Husin, wafat. Alfian dilahirkan di Tanjungkarang pada 20 Februari 1935. Suami dari Hj. dr. Yoenidar Karim Alfian ini memiliki lima orang anak: Andi Desfiandi, dr. Lyza Marfianita Rozalinda A, Ary Meizari Alfian, Dian Septarina A, Firmansyah YA.
Alfian lulusan sarjana hukum Universitas Indonesia pada tahun 1964. Kampus yang ia dirikan, IBI Darmajaya, berkembang menjadi salah satu perguruan tinggi swasta bonafide di Lampung. Ia dan keluarga juga mendirikan Pondok Pesantren Annida di Lampung Selatan.
Harun Muda Indrajaya
Salah satu tokoh pers Lampung, HM Harun Muda Indrajaya (66) bin H Batin Daud Sampurnajaya, meninggal dunia di RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung, Sabtu malam, 26 Desember 2015.
Harun Muda Indrajaya adalah pendiri dan pimpinan koran Lampung Ekspres (LE) Plus. Semasa hidupnya, ia akrab disapa Buya HMI itu. Harun lahir di Pekon Fajarbaru, Pagelaran, Pringsewu, pada 13 Oktober 1949. Almarhum meninggalkan satu orang istri (Hj Megawani) dan lima orang anak.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com