Jejamo.com, Bandar Lampung – “Brem…brem” suara motor terdengar begitu keras. Melda yang sedang berada di dalam rumah bergegas keluar dan menghampiri suaminya yang sudah menaiki motor Honda CB-R. Melda berdiri di dekat pintu rumah seraya melambaikan tangan dengan senyum yang sumringah.
Di pagi hari ia habiskan waktu dengan melakukan pekerjaan rumah tangga,layaknya ibu rumah tangga biasa. Kulitnya yang mulus tak dapat di jumpai kembali. Pasalnya, goresan-goresan berwarna merah hati itu menempel pada bagian tubuh yang tak terlihat dan area betisnya.
Mungkin sebagian orang yang mengira itu seperti varises berwarna merah hati, namun goresan seperti kilat itu adalah stretchmark, yang biasa dijumpai pada ibu hamil.
Jam sudah menunjukan pukul 11.00 WIB. Melda biasanya keluar rumah untuk mengunjungi rumah neneknya yang jaraknya berdekatan dengan rumahnya. Saat itu Melda keluar rumah dengan memakai setelan baju tidur dengan lengan pendek dam celana di bawah dengkul. Terlihat jelas sekali stretchmark berwarna merah hati yang menempel pada area betisnya itu.
Wajahnya yang polos tanpa riasan wajah menghantarkan Melda sampai ke rumah nenek. Kulitnya yang putih, diiringin sinar matahari yang hampir di atas kepala itu menjadi daya tarik tersendiri. Entah apa yang membuatnya tetap menawan bak jelita di tengah hari bolong walaupun ia tak membaurkan bedak dan pemerah bibir.
Banyak tetangganya mengatakan, jika wanita hamil tidak suka berdandan pasti anak yang dikandungnya adalah laki-laki. Melda hanya menganggap mitos itu hanya angin lalu.Walaupun tak percaya mengenai mitos, anehnya Melda membawa gunting kecil tiap kali keluar rumah.
Jelas terlihat sekali saat ia menggantungkannya di baju tidurnya sebelah kiri perut, yang terdapat kantung kecil. Alat menggunting itu bukan tanpa alasan ia bawa keluar dan ditaruh di dekat ranjangnya. Ibu mertuanya yang meminta demikian.
Kata ibu mertuanya, perempuan yang sedang hamil dianjurkan meletakkan gunting di tempat tidur dan di bawa jika ingin keluar rumah. Melda menganggap ini hanya mitos, tapi demi menghormati ibu kandung suaminya itu, ia melakoninya. Ia tahu, itu takhayul dan tak berpengaruh apa-apa terhadap kehamilannya.
“Saya sih sebetulnya gak percaya mitos, pake naro gunting segala itu takhayul buat saya. Tapi ngehormatin mertua, ya saya tarok–tarok saja,” kata Melda kepada jejamo.com beberapa waktu lalu.
Bukan saja perihal gunting. Ia juga sering diberi petuah-petuah mengenai kehamilannya oleh orangtua, mertua, serta kerabat dekatnya. Maklum saja, ini merupakan kehamilan pertama bagi pasangan yang menikah pada April 2016 ini.
Kini usia kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Mertuanya memberikan petuah kepada Melda saat memasuki “hamil tua” dilarang minum susu formula khusus ibu hamil. Melda menggerutu dalam hatinya.
“Apa maksudnya saya enggak boleh minum susu? Bukankah susu memuat saya dan janin menjadi kuat?”
Dilarang dalam menonton kartun yang bentuk fisiknya aneh-aneh, d larang makan makanan yang dempet, serta dilarang merendam cucian terlalu lama. menjadi beban tersendiri bagi kehamilan pertamanya ini.
Mendapat pertanyaan mengenai mitos ibu hamil, Hervin Yoki Pradikta menjelaskan mengenai mitos dalam sudut pandang Islam. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum itu mengatakan, mitos mengenai ibu hamil masih tetap eksis di kalangan masyarakat tertentu. Mitos-mitos ini berkembang dari zaman ke zaman dan dilestarikan turun temurun.
Menanggapi soal mitos, Hervin yang kini menjabat sebagai Divisi Lembaga Konsultasi Badan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum itu memandang bahwa mitos yang di ercaya seputar ibu hamil, dikatakan boleh apabila tidak melanggar dari konteks Alquran dan Sunah. Namun, jika keluar dari konteks tersebut, bisa jadi itu merupakan syirik.
“Mitos yang seperti apa dulu yang tidak boleh? Jika seseorang percaya terhadap benda-benda yang dianggap penangkal dan dijadikan acuan utama sebagai pelindung, itu yang dinamakan syirik,” ujar Hervin saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Syariah dan Hukum.
Perihal mengenai menyimpan gunting dan penangkal lainnya Hervin beranggapan, semua hal-hal yang dipercayai boleh saja, asalkan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
“Saya jelaskan kembali mengenai seputaran mitos apa pun itu, jika sesuai dengan syariat maka diperbolehkan. Yang tidak boleh adalah mempercayai dan meyakini adanya kekuatan di gunting. Itu yang tidak boleh,” pungkas Hervin.
Hervin menambahkan, tiap mitos sebenarnya mengandung hikmah. Seperti halnya dilarang memakan pisang dempet. Bisa jadi itu dilarang karena mungkin dapat menimbulkan kekenyangan atau bisa jadi ia harus memotong pisang dempet tersebut untuk adiknya atau temannya yang memang ingin memakan pisang itu juga.
Bagaimana dengan mitos-mitos di lingkungan Anda?(*)
Laporan Fardilla Dwi Utami, Kontributor Jejamo.com