Jejamo.com, Bandar Lampung – Menjaga bahasa Lampung agar tetap lestari membutuhkan peran banyak pihak. Jujur diakui, di Kota Bandar Lampung, bahasa Lampung belum begitu akrab digunakan.
Satu langkah maju sudah dilakukan SMKN 8 Bandar Lampung. Pada perpisahan siswa kelas XII pekan lalu, sekolah menunjuk seorang siswinya, Ayu, menjadi pembawa acara. Yang unik, Ayu diminta mengantarkan acara dengan bahasa Lampung. Keren ya?
Kepada jejamo.com, Sabtu, 28/4/2018, ia mengatakan, usai ia membawakan acara dengan bahasa Lampung, respons yang ia terima cukup baik. Bahkan, dari Dinas Pendidikan Provinsi Lampung pun memberikan pujian.
Menurut Ayu, ia diminta untuk ikut memasyarakatkan bahasa Lampung di pergaulan sehari-hari. Terutama di sekolah.
Ayu mengatakan, ia memang terkadang, bahkan cukup sering, berbicara dalam bahasa Lampung. Apalagi kalau bertemu teman yang beretnik Lampung.
“Ya kalau ketemu kawan-kawan yang sukunya Lampung, aku ajak ngomong Lampung,” kata dia.
Ayu menuturkan, kadang gurunya sering bertanya kalau Ayu berbahasa Lampung.
“Waktu ketemu pejabat Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, aku bahkan dimintanya untuk mengakrabkan bahasa Lampung ke masyarakat sekolah. Kata dia, kalau nanti ada guru yang menikah, aku aja yang MC-nya dengan bahasa Lampung,” ujarnya.
Ayu berkeinginan agar bahasa Lampung itu memasyarakat. Tidak mesti dituturkan oleh mereka yang bersuku Lampung. Warga lain yang non-Lampung tapi tinggal di Lampung juga diharapkan mampu berbahasa Lampung dengan baik.
“Kalau di SMK ini, setahu aku enggak ada lagi pelajaran bahasa Lampung. Kalau SMA mungkin ada. Bagusnya sampai tingkat SMA atau SMK, bahasa Lampung itu tetap diajarkan,” ujar dia.
Ayu sendiri terbilang aktif berkegiatan. Bahkan, sejak SMP. Ia aktif di OSIS, Rohani Islam, vikal grup. Ayu bahkan pernah beradu vokal dengan guru sewaktu SMP. Tentu nyanyinya dalam bahasa Lampung.
“Meski kalau berbahasa Lampung aku aktif, kadang kalau soal aksaranya aku suka lupa,” kata dia.
Di SMKN 8 Bandar Lampung sekarang, Ayu ikut ekstrakurikuler Pramuka. Ia sebetulnya juga menyukai dance. Namun, lantaran kesulitan membagi waktu, dance-nya belum kesampaian sampai dengan sekarang.
“Aku suka di Pramuka karena kekeluargaannya kuat,” kata dia.
Kembali ke bahasa Lampung, Ayu ingin agar bahasa ini membumi. Kata dia, sekarang, baru tabik pun, yang memasyarakat.
“Kalau aku perhatikan, kawan-kawan sebaya aku lebih fokus dengan bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Yang mau belajar bahasa Lampung sedikit sekali,” ujarnya.
Ayu berharap, penggunaan bahasa Lampung akrab di kalangan siswa. Mungkin dengan mewajibkan dalam satu jam setiap minggu, siswa dan guru bercakap-cakap dalam bahasa Lampung.
”Aku enggak begitu ngerti sih gimana cara memasyarakatkan bahasa Lampung ini. Tapi kalau mikir simplenya kan bisa dari pelajaran di sekolah. Setidaknya, kalau ada pelajarannya, sedikit banyak membantu siswa mengetahui kosakata dalam bahasa Lampung. Selebihnya ya mungkin dinas terkait di pemerintahan yang paling tahu,” kata dia.
“Tabik pun. Payulah kanca-kanca, kham melestariko buhasa Lappung. Mak kham, sapa lagi. Mak ganta, kapan lagi,” pungkasnya.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com