Jejamo.com, Bandar Lampung – Bertahan hidup di tengah maraknya media massa online memang sangat sulit. Tetapi, Indra Gunawan dan Harmini tetap dapat bertahan hidup dengan menjual koran sehari-harinya. Mereka penyandang tunanetra.
Indra Gunawan menjual koran di depan pompa bensin Jalan Pramuka, Bandar Lampung. Sedangkan Harmini berjualan di depan mes PTPN 7 di Jalan Pramuka, Bandar Lampung.
Mereka memiliki seorang anak perempuan yang bernama Annisa, masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka berjaulan koran sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang.
Indra dan Harmini mengambil koran dari Radar Lampung. Masing-masing membawa 50 eksemplar. Koran diantar ke rumah Indra waktu subuh. Indra dan Harmini mulai berjualan koran mulai pukul 06.00-10.00 WIB.
Penjualan koran terkadang habis dan terkadang sisa, tergantung isi dari beritanya.
Seandainya koran yang dijual oleh Indra dan Harmini tidak habis, dikembalikan ke Radar Lampung.
Indra hanya menjual Radar Lampung. Itu sudah perjanjiannya.
Selain berjualan koran, sebenarnya Indra memiliki penghasilan lain yaitu memijat.
Berjualan koran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan usaha memijat untuk menabung karena sekolah anaknya siang.
Menabung untuk membuat rumah ketika Indra keluar dari memijat yaitu tahun 2007. Indra lulusan dari panti sosial dan selama 4 tahun indra mengambil ilmu pijat.
“Penjualan koran semakin laku, semakin terkenal juga nama saya,” kata dia.
Dalam sehari Indra dan Harmini dapat menjual habis dan terkadang hanya tersisa 10 eksemplar.
Harga beli koran Rp2.500 dan Indra menjual ke konsumen dengan harga Rp4.000.
Dan dalam sehari Indra dapat memijit minimal 2 orang dengan tarif harga Rp75 ribu di tempat.
Jika Indra dipanggil ke rumah konsumen, bisa dengan tarif Rp100 ribu.
Kendala dalam berjualan koran yaitu ketika musim hujan karena koran bisa tidak laku.
“Dulu ngontrak dan sekarang sudah memiliki rumah sendiri,” ujar dia.
Prinsip hidup Indra harus bisa menabung .
Selama berjualan koran, Indra dan Harmini sering tertipu. Tetapi selama tertipu Indra memiliki prinsip hitung-hitung itu sedekah.
“Semakin kami tertipu dan semakin diakal-akalin, kami dapat rezeki dari yang lain,” kata dia.
Cara agar Indra dan Harmini tidak tertipu adalah dengan memisahkan uang yang ada di kantong kanan dan kantong kiri.
Jika tidak membayar dengan uang Rp10 ribu, Indra dan Harmini mengatakan tidak memiliki kembalian.
Terkadang anaknya suka menemani ketika Harmini berjualan setelah pulang dari mengaji di Al Fatah.
Selama berjualan koran Indra pernah berhenti karena kalah dengan sosial media.
Harmini bahkan pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur Provinsi Lampung sebagai Ibu Inspirasi Provinsi Lampung.
“Walaupun cacat, kami masih mempunyai harga diri. Untuk apa kita meminta-+minta. Dalam agama lebih baik tangan di atas daripada di bawah,” pungkasnya. [Adelia Renata Sari]