Jejamo.com – Facebook mulai menutup akun-akun yang dianggap telah melakukan perdagangan ilegal senjata berat untuk kelompok teroris semisal ISIS. Akibatnya, kaum teroris mulai kesulitan mendapat senjata anti-serangan udara yang sebelumnya mudah diperoleh melalui media online.
“Sebelumnya mereka mudah mendapat senjata, dari senjata tangan, granat, senapan mesin otomatis, hingga senjata anti-pesawat terbang,” tulis New York Times, Selasa, 6/4/2016.
Facebook memandang bahwa seluruh perlengkapan tempur itu semestinya ditujukan untuk kebutuhan militer sebuah negara, tapi malah jatuh ke kelompok teroris dan kaum milisi.
Semua senjata itu diketahui dikirim oleh Amerika Serikat kepada pasukan keamanan untuk negara tertentu di Timur Tengah. Namun, melalui media online, alat pembunuh itu dijual perusahaan swasta kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
The New York Times memberikan data kepada Facebook tujuh kelompok yang dicurigai. Facebook kemudian menutup enam akun dari tujuh kelompok itu.
Menurut laporan The Times, hasil temuan berdasarkan studi perusahaan konsultan Armament Research Service mengenai perdagangan senjata di media sosial di Libya menunjukkan ada kemiripan dengan jual-beli senjata yang terjadi di Suriah, Irak, dan Yaman.(*)
Tempo.co