Tri menjelaskan, peristiwa penculikan yang dituduhkan kepadanya tidaklah benar.
Pasalnya, dirinya bersama kedua kedua saudaranya datang ke sekolah itu untuk meminta izin kepada pihak sekolah.
“Kami bertiga mau minta izin kepada pihak sekolah. Dua keponanakan kami Nebi (8) dan Nesya (7), mau pindah sekolah ke Way Kanan. Sebab, keluarga besarnya tinggal di sana semua,” ujarnya kepada Jejamo.com, saat ditemui di Polsek Kedaton, Jumat, (26/10).
Menurut Tri, saat sampai di sekolah, ia sempat salah nama. Nama keponakannya bernama Nesya dipanggil Nisa sehingga menjadi heboh.
“Kami itu sampai di sekolah belum ngomong apa-apa, tapi ada salah satu wali murid yang sudah heboh kerena kami salah panggil nama dan kemungkinan karena berpakaian kami juga yang membuat mereka heran,” tuturnya. Tri dan dua saudaranya mengenakan cadar.
Masih kata Tri, atas kehebohan dugaan penculikan yang dituduhkan kepadanya, membuat beberapa orang yang ada di lingkungan sekolah memiliki pemikiran lain.
“Saya juga heran kenapa sampai bisa seperti gini. Tapi, yang jelas ini hanya salah paham saja,” urainya.
Ia menceritakan, bahwa kedua keponakannya tinggal bersama kakak tertuanya mengontrak rumah yang tidak jauh dari sini. Sehingga dia bersama saudara-saudaranya berinisiatif untuk merawatnya.
“Meraka ini empat bersaudara, tinggalnya bersama kakak tertuanya bernama Riski (18), sebelumnya tinggal bersama ibunya tapi sekarang ibunya kerja di luar negeri, sedangkan bapaknya kami nggak tahu, karena orangtuanya sudah cerai. Maka dari itu kami mau merawatnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Yayasan Ismariah Alquraniyah, Syahyori membenarkan, kedatangan tiga orang wanita bercadar tersebut untuk meminta izin pemindahan sekola terhadap kedua keponakannya.
“Mereka datang cuma meminta izin. Saya juga heran kenapa sampai segitu hebohnya dugaan penculikan. Padahal itu tidak benar,” pungkasnya. [Andi Apriyadi]