Jejamo.com, Bandar Lampung – Beberapa desa di Lampung dan sekitaran Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) rentan dilanda konflik harimau sumatera dan manusia.
Beberapa desa yang sering dilanda konflik antara satwa liar dan manusia ini adalah Desa Rajabasa, Desa Sukamaju, Desa Taman Indah, Desa Way Tenumbang. Selain desa-desa di Lampung itu, ada juga beberapa desa di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang sering dilanda konflik satwa dan manusia.
Desa-desa itu adalah Desa Mekarjaya, Desa Hargo Binangun, dan Desa Tanjung Aur di Provinsi Bengkulu, serta Desa Pagaragung di Sumatera Selatan.
Demikian data yang diterima jejamo.com dari Worldlife Conservation Society Indonesia Program (WCS IP), Minggu, 28/8/2016.
Data WCS IP menyebutkan, konflik manusia dan harimau sumatera dipicu perambahan kawasan hutan serta perburuan liar.
Dalam setahun, ada saja harimau sumatera yang menyerang masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). WCS IP mencatat, sepanjang 2008-2015, terjadi konflik antara harimau dan manusia sebanyak 113 kali di 23 desa.
Akibatnya, satu jiwa korban manusia meninggal dunia pada 2008, dua orang meninggal pada 2011, dan seorang lagi pada 2015.
Sedangkan dari konflik tersebut, sedikitnya seekor harimau mati pada tahun 2008 dan dua ekor pada 2015.
Dua ekor harimau berhasil ditangkap dan diselamatkan dalam keadaan hidup saat terjadi konflik. Kurang lebih 292 ekor ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau milik masyarakat, mati diterkam harimau.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com