Jejamo.com, Lampung Selatan – Lepas dari Kota Kalianda terhampar garis pantai yang sangat indah. Hilir mudik kendaraan membuat roda kehidupan masih terasa disepanjang pesisir Kalianda sampai Rajabasa Lampung Selatan.
Mobil yang kami tumpangi melewati jalan berliku menuju Desa Kerinjing. Di Desa yang berada diatas bukit tersebut berdiri Dapur Umum yang terus mensuplai kebutuhan makanan penyintas tsunami di dua desa yakni Kerinjing dan Kunjir.
Hingga Selasa (08/01) Sisa bangunan masih tampak tergeletak tepat disisi jalan. Remahan kayu dan perabotan rumah tangga menjadi saksi betapa dahsyatnya hempasan tsunami dua pekan silam.
Rosyidah (47 tahun) warga Kerinjing tersebut sudah tiga hari memasak ratusan porsi makanan.
Ia memasak bersama warga terdampak tsunami lainya disebuah tenda terpal. Dua tungku kayu dan satu kompor gas membuat asap mengepul dari dandang besar.
Menurutnya setelah tsunami menerjang kawasan tersebut ada komunitas yang mendirikan dapur keliling selama seminggu, namun saat ini dapur tersebut sudah tidak aktif sehingga warga berinisiatif untuk mengabarkan ke tim assessment ACT untuk mendirikan dapur umum.
Dengan hadirnya Dapur Umum ACT warga terdampak tsunami tetap bisa menikmati sajian masakan nusantara setiap harinya.
“Hari ini masak nasi, sayur dan bahwan jagung. Makanan dibagi ke warga Kerinjing dan Kunjir, Alhamdulillah sudah ada Dapur Umum jadi kebutuhan makanan tercukupi,” ucapnya.
Salah satu relawan yang ditemui, Eko Hijri, mengatakan penyaluran logistik ke posko wilayah terus diljalankan. Relawan menggunakan kendaraan operasional baik mobil maupun sepeda motor untuk menjangkau seluruh daerah kerja posko.
Menurutnya daerah Kunjir termasuk yang paling terdampak tsunami. Hampir semua bangunan disepanjang pantai luluh lantak. Bahkan satu-satunya minimarket modern harus mengalami kerusakan yang sangat parah.
Saat ini hanya beberapa posko kemanusiaan yang masih bertahan, salah satunya Posko Kemanusiaan yang dikelola relawan ACT-MRI di Way Urang, Way Panas, Maja, Sukaraja, Way Muli, Kunjir dan Kerinjing.
“Memang suasana masih belum normal, warga masih waspada tsunami susulan. Kalau malam wanita dan anak-anak naik ke atas ngungsi, yang bapak-bapak jaga rumah dan pantai,” tuturnya.
Kehadiran Posko Kemanusiaan disetiap desa memudahkan ruang gerak relawan untuk menjangkau penyintas tsunami hingga Gunung Rajabasa.
Pekan lalu tim medis berhasil menembus Desa Maja yang berada dilereng Gunung Rajabasa. Para penyintas tsunami bertahan di Gubuk untuk mengungsi. Gubuk berukuran 4 meter persegi dihuni oleh sedikitnya 3 kepala keluarga.
“Mereka bertahan dikebun masing-masing, kondisi rumah dipesisir pantai hancur sehingga mereka berkelompok. Banyak kasus luka terbuka, infeksi dan bernanah. Mereka belum tersentuh tim medis dan logistik, Alhamdulillah kami bisa memberi semangat hidup untuk mereka” pungkasnya. [Hermawan Wahyu Saputra]