Jejamo.com – Tewasnya puluhan warga di Yogyakarta akibat minuman keras (miras) oplosan menyedot perhatian publik. Maklum, ini bukan kali pertama miras oplosan menewaskan banyak orang. Tercatat, selama 2015 hingga awal tahun ini, sudah 308 orang tewas akibat minuman tersebut.
Komunitas masyarakat Indonesia anti oplosan mencatat, sepanjang 2015 sedikitnya 302 orang meninggal akibat keracunan miras oplosan. Jumlah ini bertambah pada awal 2016.
“Catatan kami, dua orang tewas di Semarang pada awal Januari lalu. Kemudian di Yogyakarta empat orang, sehingga total dari 2015 ke 2016 ini sebanyak 308 orang,” ujar Indra Harsaputra dilansir okezone.com.
Sementara korban dirawat pada 2015 sebanyak 309 orang. Jumlah tersebut ditambah 3 orang dari Semarang dan 14 orang dari Yogyakarta, yang dirawat pada Januari 2016 .
“Ini adalah akibat dari adanya pelarangan minuman beralkohol. Banyak operasi terkait miras oplosan yang membabibuta. Beberapa minuman tradisional yang dianggap mengandung alkohol turut dioperasi,” kata Indra.
Menurutnya, pemerintah harusnya mengamankan aset-aset kearifan lokal dengan tidak mengebiri para pembuat minuman tradisonal. Rata-rata minuman alkohol tradisional ini dibuat dari hasil fermentasi beras dan singkong.
“Jangan asal menggerbek. Kasian para petani yang banyak menggantungkan hidup dari produksi minuman tradisional berlkohol. Di sejumlah negara maju, para petani malah mendapatkan pembinaan sehingga hasil produksi dapat diterima pasar international. Contohnya, Wine adalah hasil fermentasi dari anggur yang banyak digemari di beberapa negara,” jelasnya lagi.(*)