Jejamo.com, Pesawaran – Sepasang suami istri Zen Hamdi (32) dan Yuli Heldawati (31) nyaris menjadi korban tsunami yang terjadi di Desa Pulau Legundi, Kabupaten Pesawaran, pada Sabtu, (22/12/2018).
Yuli Heldawati menceritakan, saat itu ia bersama suami sedang berada di atas keramba ikan yang berjarak kurang lebih sekitar 200 meter dari bibir pantai Pulau Legundi.
“Waktu itu saya sedang libur mengajar, kemudian suami mengajak saya tidur di keramba sambil menunggu hasil tangkapan ikan kerapu,” ujarnya kepada Jejamo.com, saat ditemui di Desa Pulau Legundi, Sabtu, (5/1/2019).
Menurut Yuli, sebelum berangkat menuju ke keramba, suaminya sempat meminta untuk berboncengan naik sepeda motor. Namun ia memita kepada suami untuk membawa sepeda motor sendiri.
“Biasanya kami pergi naik motor berboncengan tapi kali ini saya minta bawa motor masing-masing,” kata dia.
Kemudian sesampai di keramba, lanjut Yuli, dirinya dan suami menyempatkan diri untuk mengecek hasil tangkapan ikan kerapu yang ada di keramba.
“Nggak lama sekitar pukul 21.00 WIB, saya baru makan roti satu tiba-tiba mendengar suara gemuruh air, lalu saya tanya sama suami katanya hujan tonggoh atau hujan gunung,” lanjutnya.
Yuli pun mengaku heran kenapa hujan tidak rintik-rintiknya di air laut. Kemudian suaminya bergegas melihat ke arah belakang keramba.
“Dan suami lihat air laut itu berputar seperti angin puting beliung. Arusnya itu berada di tengah-tengah gitu, saya dan suami sempat panik serta takut,” paparnya.
Ia mengungkapkan, ternyata gelombang air laut tersebut ternyata tsunami. Dia pun mengaku sempat mendengar suara jeritan warga yang mengatakan ada tsunami.
Mengetahui peristiwa tersebut ia bersama suami menyelamatkan diri.
“Terus suami bilang itu tsunam. Jadi kami sempat gupek, lalu saya bilang sudah kita di tengah laut saja, tapi suami minta saya untuk turun naik rakit, pas kami sudah naik rakit air sudah mulai surut, tapi nggak lama air ombak cukup besar mendorong, tarus kami lari-lari sampai ke gunung,” jelasnya.
Dia menambahkan, setelah berhasil lolos dari gelombang air laut tinggi itu, ia dan sumai langsung naik dan menyalakan sepeda motor menuju kediamannya di Desa Pulau Legundi.
“Lalu kami naik motor Beat yang bisa menyala sedangkan motor satunya sudah tertutup pasir gitu. Lalu kami lari kebut naik motor ke rumah dan sampai desa sudah banyak rumah yang hancur bahkan ada satu korban meninggal dunia,” pungkasnya. [Andi Apriyadi]