Jejamo.com, Kota Metro – Warga Hadimulyo Barat, Metro Pusat, mengungkapkan ketidaksetujuannya melihat politik identitas yang diusung calon wali Kota Metro Ahmad Mufti Salim pada sosialisasi di RW 05, Hadimulyo Barat, Metro Pusat, Senin 2/11/2020.
“Saya terus terang jengah, kesel. Enggak usahlah bawa-bawa pakaian seperti itu, seolah enggak menghargai budaya lain,” tegas BK (48), salah satu perangkat lingkungan kepada Jejamo.com.
BK melanjutkan, sebaiknya Mufti tampil umum, menggunakan pakaian nasional dan menghindari pakaian identitas budaya tertentu. “Pakai saja peci dan kemeja, seperti calon wali kota lainnya, kita di sini beragam budaya, jangan munculkan sentimen, ke mana-mana kok pakai baju kurung dan belangkon,” pinta BK.
Hal senada disampaikan WD (37), warga RW 06, Hadimulyo Barat. Ia mengaku tak suka dengan pilihan branding politik Mufti yang acap kali menampilkan identitas Jawa. “Bikin kesel, aneh, enggak mikirin perasaan orang lain. Sosialisasi pakai belangkon, baju kurung, di poster, di gambar, keliling ke mana-mana begitu, ini Lampung kan” katanya.
Sebelumnya, pegiat sejarah dan budaya Lampung, Arman AZ, kepada Jejamo.com mempersoalkan calon kepala daerah yang kerap menunggangi idiom budaya lain untuk memperoleh simpati mata pilih.
“Mereka pikir masyarakat mudah kepincut dengan kostum berbau etnis. Minim wawasan. Calon-calon itu tanpa sadar telah membelah masyarakat di tempatnya,” terang Arman.
Ia meminta para calon kepala daerah, sebagai publik figur memiliki komitmen untuk melestarikan budaya lokal. “Yang terpenting mereka menampilkan komitmen dan upaya konkrit terhadap pelestarian budaya lokal, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” tekannya.
Di lain pihak, Ketua Bawaslu Metro, Mujib, mengatakan tidak ada larangan terkait dengan menonjolkan identitas tertentu. Asalkan jangan menghina identitas tersebut. Bawaslu hanya memiliki kewenangan mengawasi pelaksanaan aturan perundang-undangan dan PKPU.
“Kedepankan program, bersikap bijak, dan jauhi perpecahan,” imbau Mujib.(*)[Arif]