Jejamo.com, Bandar Lampung – Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Abdul Hakim membagikan buku “Pena Sang Guru” kepada masyarakat Bandar Lampung yang dilaksanakan di Pena Mart, Bypass Bandar Lampung, Sabtu (30/3/2019).
Buku Pena Sang Guru sebelumnya sudah diluncurkan pada Jumat lalu, 29/3/2019.
Abdul Hakim mengatakan, buku tersebut diterbitkan untuk meningkatkan potensi budaya anak bangsa yang masih jauh ketinggalan dibandingkan negara lain.
Padahal menurutnya, Allah SWT dengan sedemikian rupa tak pernah membedakan ciptaannya.
“Allah juga menciptakan sebaik-baiknya dan menjadi tantangan besar untuk terus bersama-sama membangun demi kemajuan bangsa,” ujar Abdul Hakim dalam sambutannya.
Selain itu, makna isi dalam buku menceritakan pengalaman dirinya. Makna lain dari guru, kata Abdul Hakim, bahwa guru merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang harus benar-benar perhatikan.
Ia menjelaskan, guru merupakan simbol kecerdasan yang tiada hentinya mengajarkan ilmu pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
“Karier saya berasal dari guru, seberapa besar peran guru untuk orang tua dan masyarakat dan negara. Maka dari itu begitu besarnya peran guru dalam mengukir dan menulis terkait dengan kepribadian diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ” kata Abdul Hakim.
Ketika terpilih menjadi DPD RI nanti dia berjanji sesuai fungsinya ialah memperhatikan kesejahteraan guru.
“Mereka merupakan pahlawan bagi bangsa Indonesia dan harus diperhatikan dengan menambah anggaran bagi kesejahteraan guru,” ujar mantan anggota DPR RI ini.
Sementara itu, penulis buku Pena Sang Guru, Fahmi menambahkan buku tersebut ditulis selama ia mengikuti Abdul Hakim di 30 provinsi dan di 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung ketika tengah menjadi anggota DPRD Provinsi Lampung dan DPR RI.
“Ada jejak nyata kegiatan Abdul Hakim di bidang pendidikan dalam pembangunan bangsa dan daerah,” ujarnya
Kebijakan Abdul Hakim mengelola nasib guru di bidang indikasi pendidikan selalu menjadi perhatian khusus.
“Bisa kita lihat indeks pembangunan manusia Lampung hanya 0,68 persen, sedangkan nasional 0,69 persen, sehingga dalam perspektif pembangunan daerah harus menempatkan manusia sebagai porosnya. Ini sebagai upaya meningkatkan kecerdasan, kreativitas dan keterampilan untuk pembangunan Lampung,” ungkapnya.
Direncanakan keduanya juga akan merilis buku ketiga yang berjudul Menjunjung Lampung, Membangun Daerah Berbasis Masyarakat setelah terpilih menjadi anggota DPD RI. [Sugiono]